PT Indonesia Power membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di atas perairan Waduk Gajahmungkur Wonogiri dalam waktu dekat. Proyek tersebut rencananya menelan anggaran Rp1 Triliun dengan menghasilkan daya 100 Mega Watt (MW).
- Ratusan Alumni Dalam dan Luar Negeri Hadiri Peringatan HUT Berdirinya Sekolah THHK (Long Hwa) Semarang
- Pembangunan Alun-Alun Bandar: Transformasi Kota Pendidikan dan Pusat Ekonomi
- Yayasan Gema Salam akan Lakukan Pendataan Mantan Napiter Seluruh Indonesia
Baca Juga
Hal itu disampaikan Manager Generation Business Development PT PLN Indonesia Power, Puguh Ananta Widya di sela-sela acara sosialisasi proyek tersebut di pedopo rumah dinas Bupati Wonogiri, Kamis (25/5).
"PLTS Apung ini merupakan proyek perdana di Jawa Tengah yang dibangun bersamaan di Waduk Kedung Ombo. Pembangkit listrik yang dihasilkan dari energi matahari menggantikan energi fosil. Kapasitasnya 100 MW. Area yang dibutuhkan 130 Ha berada di atas genangan Waduk Gajahmungkur. Ditargetkan bulan Maret 2024 nanti sudah disambungkan ke interkoneksi gardu PLN," jelas Puguh Ananta Widya.
Sehubungan dengan proyek tersebut, PT Indonesia Power melakukan sosialisasi di pendopo dengan menghadirkan tokoh masyarakat daerahnya dimungkinkan terdampak atas pembangunan ini.
"Pertemuan ini guna mencari masukan dari masyarakat yang akan kita jadikan acuan untuk meminimalisir dampak pembangunan," papar Puguh.
Puguh mengakui, keberadaan proyek tersebut ada sebagian dinilai mengganggu masyarakat setempat. Namun nanti ada suasana baru dapat dijadikan tempat mata pencaharian masyarakat. Seperti tempat wisata edukasi dan lainnya.
Di tempat yang sama, Edi Suroso Bambang Setawan, Kades Boto, Kecamatan Baturetno. Menuturkan bahwa saat ini warganya pada resah sebab ada kekhawatiran tempatnya mencari nafkah akan dijadikan proyek tersebut.
"Yang dikhawatirkan, karena lokasi yang akan dibangun itu merupakan lahan yang selama ini menjadi tumpuan nafkah masyarakat baik yang di area pasang surut maupun nelayan yang mencari ikan. Lahan pasang surut dimanfaatkan untuk menanam tanaman pertanian dan di perairan waduk merupakan daerah cekungan tempat ikan berkumpul. Kalau memang pembangunan di situ, mohon ada solusi karena di situ tempat kehidupan. Yang jelas masyarakat jangan dirugikan," seru Edi.
Edi memaparkan, warga Boto yang rerdampak cukup banyak. Sekitar 400-an nelayan menjadi kepala keluarga sedangkan petani pasang surut ada 40-an KK.
- Dishub Batang Gelar Lomba Safety Driving
- Satpol PP Tunggu Perintah Bongkar Warung Remang-remang Lokasi Video “Salatiga 35 Detik”
- Arus Balik, Penumpang di Stasiun Ngrombo Alami Peningkatan 100 Persen