Wirausahawati Muda Hasilkan Sriding, Usaha Rumahan Bernilai Jutaan Rupiah  

Dwi Wahyuning Lestari, Wirausahawati Muda Warga Sayung Demak, Merintis Usaha Subsektor Kuliner Sejak 2019 Setelah Ikuti Pelatihan Dinnakerind Demak. Dokumentasi/RMOLJawaTengah
Dwi Wahyuning Lestari, Wirausahawati Muda Warga Sayung Demak, Merintis Usaha Subsektor Kuliner Sejak 2019 Setelah Ikuti Pelatihan Dinnakerind Demak. Dokumentasi/RMOLJawaTengah

Demak - Ini sebuah kisah tentang produksi mengolah limbah ikan, khususnya ikan laut yang tidak digunakan atau menjadi limbah. Namun, karena ikan itu punya nilai gizi dan  kandungan protein yang tinggi maka limbah itu dapat diberdayakan menjadi usaha.

Usaha ini dirintis oleh Dwi Wahyuning Lestari atau akrab dipanggil Mbak Ning yang beralamat di Desa Surodadi, RT01/RW02, Surodadi, Sayung Demak.

Lahir dari pasangan Supardi dan Musadah, Mbak Ning merintis usaha ini sejak 2019. Berawal dari mengikuti pelatihan dan studi banding yang diadakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Dinnakerind) Kabupaten Demak ke Kabupaten Klaten. Pelatihan ini membuat mbak Ning berpikir bahwa ia dapat melakukannya di Demak. Dengan memanfaatkan ikan-ikan kecil yang selama ini dibuang oleh nelayan penangkap ikan.

Awalnya ia mencoba usaha ini dan membagikannya kepada tetangga. Ternyata mendapat tanggapan yang bagus dan banyak dipesan. Sekarang ini produksinya ternyata tidak sedikit. Dalam setiap bulan, omzetnya bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Pemasarannya pun selain di Demak dan kabupaten sekitar sudah juga sampai ke luar pulau seperti ke Kalimantan.

Diperkuat dengan 5 karyawannya Mbak Ning memproduksi sriding setiap minggu sekali yaitu dari hari Minggu sampai dengan Rabu. Hari Minggu dia mengambil bahan bakunya kemudian mengolahnya pada Senin dan Selasa. Sedangkan setiap Rabu ia gunakan untuk mengirimkan produknya kepada penjualr. Setiap minggunya ia menghasilkan kurang lebih 1.000 paket produksi.

Di Demak selain mengikuti event dan pameran, Mbak Ning juga menjadi menjual produk olahan unggulan ini untuk beberapa pusat oleh-oleh seperti Okade di samping Terminal Demak, Pusat Oleh-oleh Subali di Jalan Lingkar Demak dan di Galeri Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak.

Merk dagangnya adalah Wahyu Putri. Ketika ditanya tentang merk dagangnya Mbak Ning mengatakan karena orang tuanya mempunyai 2 anak yang kedua-duanya adalah perempuan sehingga diharapkan memberikan wahyu (keberuntungan) bagi keluarga.

Berbagai produk yang dibuatnya memiliki jenama (brand) seperti Sriding Kriuk, Baby Crab yang dijual per satuan antara Rp12.000-20.000,-

Di desa Surodadi ini sebenarnya ada industri industri rumahan seperti yang dilakukannya, tetapi untuk produk olahan Sriding (ikan-ikan kecil) baru dilakukan olehnya. Selebihnya masih membuat olahan dalam bentuk rempeyek atau tumpi. Masyarakat membuat rempeyek dari hasil laut (udang atau mungkin ikan-ikan sejenis) yang masih bersifat lokal dan penjualannya dititipkan di rumah makan atau berdasarkan pesanan.

Usahanya untuk mengajak teman-temannya menjadi usaha yang dipatenkan dan pengemasan (packaging) lebih bagus sepertinya belum mendapat respon. Meski begitu mbak Ning terus berupaya untuk melakukan terobosan-terobosan dan inovasi yang diharapkan bisa memberi nilai pada produknya. Seperti pada pemilihan bahan dasarnya, proses pengolahannya sampai pada pengemasan yang lebih bagus, awet dan aman.

Apa yang dirintis oleh mbak Ning ini  dapat menjadi contoh bagi pengusaha pengusaha sejenis.

Kepala Dinnakerind Demak, Agus Kriyanto, memberikan apresiasi atas kiprah Mbak Ning yang mampu membuat trobosan mengolah atau memanfaatkan ikan yang tidak diberdayakan menjadi olahan yang bergizi dan memiliki nilai jual.

Ia harapkan masyarakat di sekitar Mbak Ning, khususnya di desa Surodadi, dapat tergerak untuk membuat usahanya lebih baik dari kualitas bahan, pengolahan, kemasan sehingga bernilai jual tinggi.