Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis daftar penggunaan darurat (Emergency Use Listing/ EUL) untuk vaksin Covid-19 keluaran Serum Institute of India Novavax.
- Haiti Diguncang Gempa
- Meghan Markle Bisa Ikut Pilpres AS 10 Tahun Lagi
- Menlu Sugiono: Ada Migran Indonesia Ditahan Di Malaysia
Baca Juga
Hal ini menjadi tonggak penting Novavax setelah vaksin tersebut mengalami penundaan. Menyusul kabar tersebut, saham Novavax naik 6,4 persen karena berita tersebut, dikutip dari Channel News Asia, Jumat (17/12).
Meski begitu, vaksin Novavax yaitu Nuvaxovid sedang diteliti European Medicines Agency (EMA). Sedangkan, WHO mengatakan bahwa mereka akan menyelesaikan evaluasi terhadap suntikan tersebut setelah EMA mengeluarkan rekomendasi.
Bagi WHO, izin penggunaan Covovax akan memberikan pengaruh signifikan dalam meningkatkan akses ke vaksin Covid-19 di negara-negara miskin di bawah program Covax.
"Daftar ini bertujuan untuk meningkatkan akses khususnya di negara-negara berpenghasilan rendah, 41 di antaranya masih belum dapat memvaksinasi 10 persen dari populasi mereka, sementara 98 negara belum mencapai 40 persen," kata Dr Mariangela Simao, asisten direktur jenderal WHO untuk Akses Obat dan Produk Kesehatan mengatakan dalam pernyataan itu.
Novavax dan Serum Institute, produsen vaksin terbesar di dunia, telah bersama-sama berkomitmen untuk menyediakan lebih dari 1,1 miliar dosis untuk fasilitas Covax.
Vaksin berbasis protein oleh Novavax diluncurkan pada bulan Juni terbukti 90 persen lebih fektif. Keefektifan virus dalam berbagai varian virus corona terkait, dalam uji coba tahap akhir di Amerika Serikat.
"Vaksin ini dapat digunakan dalam berbagai konteks, dan akan memberi negara-negara pilihan penting lainnya dalam upaya melindungi populasi mereka," kata Seth Berkley, kepala eksekutif GAVI, Aliansi Vaksin.
- India Bersiap Hadapi Gelombang Ketiga Pandemi
- Presiden Ukraina Dinobatkan Jadi Person of the Year Majalah Time
- Indonesia-Malaysia Rancang Diplomatic Notification Untuk TKI