Hampir sebulan tak turun hujan warga Kabupaten Blora Jawa Tengah kelimpungan lantaran mereka baru saja melakukan tanam padi yang kedua.
- Wali Kota Semarang Dorong Kaum Milenial Jadi Petani
- Petani Pemalang Kompak Deklarasi Dukung Sudaryono Maju Pilgub Jateng 2024
- Dukungan Makin Tak Terbendung, Ribuan Petani Militan Siap Menangkan Mawahib di Pilbup Kudus
Baca Juga
Kondisi itu mengakibatkan sawah-sawah mengering, padi yang sudah ditanam tidak dapat tumbuh maksimal.
Untuk menyikapi itu akhirnya petani di Kabupaten Blora memakai seribu cara untuk mengaliri lahan mereka diantaranya dengan memakai mesin diesel pompa air.
"Pompa air dipakai untuk menaikkan air dari sungai ke sawah karena air-air dari selokan sudah tak mengalir," terang Sunarto (50) salah satu petani Tunjungan Blora.
Karena para petani tak ingin gagal panen mereka harus rela merogoh kocek lumayan besar untuk mengairi sawahnya. Bahkan hampir dua kali lipat dibandingkan biasanya.
"Perjam untuk kita harus membayar 40 ribu, belum lagi pupuk benih dan pestisida," ungkapnya.
Senada diungkapkan Sriyati (45) untuk minimal sekali penyedotan setidaknya mereka harus mengaliri selama lima jam penuh.
"Kurang lebih Rp 200 ribu sekali sedot, padahal sampai panen setidaknya lima kali sedot," ucapnya.
Mereka berharap, hujan segera turun agar bengkaknya pembiayaan pertanian dapat diminimalisir. Terlebih tiap panen terjadi harga selalu anjlok.
- Jumat Agung, Umat Katolik Blora Gelar Visualisasi Jalan Salib
- Menteri ATR/BPN Ajak Kepala Daerah Kolaborasi Sertifikasi Tanah Dan RDTR
- Cegah Kecelakaan Dan Balap Liar, Jalan Desa Getas Blora Dipasang Pita Kejut