Wanita Bersanggul Indonesia Meramaikan HUT ke-1.273 Salatiga

Puluhan 'Wanita Bersanggul Indonesia' (WBI) ikut meramaikan HUT ke-1.273 Salatiga.


Tidak hanya dari Kota Salatiga saja,  mereka juga datang dari berbagai daerah di Jawa Tengah, lengkap dengan busana sanggup tradisional, jarik dan kebaya kuning.

Kehadiran para WBI di Salatiga sekaligus melakukan deklarasi Wanita Bersanggul Go To UNESCO.

Ketua DPRD Salatiga Dance Ishak Palit mengaku kagum sekaligus, mengapresiasi kehadiran para WBI ini.

"WBI ini dalam tahap Go To UNESCO, setelah mendeklarasikan di Salatiga ini. Dan kita warga Salatiga bangga, puluhan Wanita Bersanggul ini sengaja datang ke Salatiga untuk ikut menyemarakkan Hari Jadi ke-1.273 Salatiga," kata Dance kepada RMOLJateng, Minggu (23/7).

Ia mengungkapkan, sanggul dan kebaya menjadi pakaian yang tidak lepas dari adat wanita-wanita jaman dulu.

"Sanggul dan kebaya, simbol WBI akan segera mencatatkan diri menjadi salah satu warisan budaya bangsa. Kami harapkan, dengan apa yang didengungkan ibu-ibu melalui WBI dapat terus melestarikan sanggul dan kebaya sebagai warisan budaya bangsa Indonesia," tegas Dance.

Sementara, Sami Rahayu, salah satu Pendiri dan Penasehat WBI menuturkan, ikut meramaikan rangkaian Ulang Tahun Salatiga dengan Bersanggul dan lengkap berkebaya memiliki makna tersendiri.

"Kita ikut meramaikan Ulang Tahun Salatiga. Ada pun yang hadir adalah perwakilan berbagai korwil di Jawa Tengah," ungkap Sami Rahayu.

Selain mendeklarasikan Go To UNESCO, WBI memiliki sejumlah kegiatan rutin dengan tetap mengenakan sanggul dikesehariannya.

Tak merasa lelah dan risih, para wanita-wanita tangguh ini tetap menggunakan sanggul di kesehariannya.

"Selain kami sehari-hari dalam berbagai aktivitas mengenakan sanggul, juga mengikuti dan menggelar kegiatan berbasiskan kebudayaan seperti menari, menyanyi hingga aktivitas kebudayaan lainnya," terang dia, didampingi Ketua Umum WBI Wida dan WBI Kota Salatiga, Wahyu Ningsih.

Alasan mengenakan sanggul di keseharian, diakuinya didasari keprihatinan mulai ditinggalkannya sanggul dalam keseharian.

Dimana, sanggul identik busana khas adat Jawa saat ini hanya dikenaja di momen-momen istimewa seperti pernikahan, acara-acara nasional hingga kegiatan kebudayaan saja.

Padahal, sanggul dan kebaya adalah warisan nenek moyang. Didasari filosofi Sanggul yang berada di belakang, sebagai sebuah beban hidup namun penampilan tetap cantik dan ayu serta tangguh dalam menghadapi kehidupan ini.

"Dengan adanya WBI ini, diharapkan keberadaan sanggul dan kebaya dalam eksis kembali dan generasi muda saat ini ikut melestarikan sanggul dan kebaya," pungkasnya.