Walikota Semarang Sebut Ekspor dan Pengolahan Produk Dalam Negeri Harus Seimbang

Walikota Semarang, Hevearita G. Rahayu mendukung adanya penjualan produk lokal keluar negeri atau ekspor. Namun ia juga mendorong untuk bisa melakukan pengolahan produk dari bahan baku lokal di dalam negeri.


Ia mengatakan jika bahan-bahan baku yang diekspor ke luar negeri seperti ke Jepang dan China nantinya juga akan kembali lagi ke Indonesia dalam bentuk barang jadi.

Bahkan harganya juga akan meningkat hingga dua jali lipat setelah kembali lagi ke Indonesia.

"Kalau bisa diolah didalam negeri, bisa menjadi manfaat untuk masyarakat dan akan menambah lapangan pekerjaan, tidak hanya dari hulu ini saja proses, tapi menjadi olahan bisa dilakukan di dalam negri," katanya saat menghadiri pelepasan ekspor tepung porang di Kawasan Industri Candi, Senin (12/6).

Ita, sapaan akrabnya, mengatakan saat ini Pemkot Semarang tengah membahas perjanjian kerjasama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Harapannya akan ada inovasi atau riset terkait porang yang bisa diolah di dalam negri dan dipasarkan untuk dalam negeri.

"Ini bisa menjadi altetnatif atau makanan pendamping beras, karena selama ini beras di import, jika porang bisa menjadi pendamping beras, bisa mengurangi neraca import ke Semarang, kususnya Jawa Tengah," terangnya.

Sementara itu, Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Kota Semarang, Toerhadi Noerachman mengatakan, pihaknya akan mengawal peningkatan program ekspor. 

"Fokus kami dipetani untuk meningkatkan kualitas bahan untuk di ekspor, khususnya untuk produk - produk segar. Untuk ke eksportir bisa memenuhi persyararatan karantina, kalau tanpa karantina, tidak sesuai dengan persyaratan karantina, pasti akan terjadi penolakan," bebernya.

Dia menyebut untuk wilayah Jawa Tengah yang tertinggi masih dipegang produk kehutanan yang disusul produk holtikultura seperti edamame, okra dan umbi umbian.

"Terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya, tahun 2023 awal ini mencapai 50 persen lebih, dan untuk kehutanan mengalami penurunan," jelasnya.

Senada, Owner CV Tri Mitra Agro (TMI), Wirawan Trihadmoko mengatakan, sebelumnya pihaknya sempat dilarang melakukan ekspor karena kualitas yang kurang bagus.

Sehingga saat ini pihaknya beralih menggunakan mesin yang sebelumnya menggunakan cara manual.

"Porang ini nantinya dikirim dalam bentuk chip, kedepan kita tidak terpaku kesitu saja, perusahaan kami akan meningkatkan prodak lain," ungkap Wirawan.

Dia menyampaikan untuk bahan utama dari produk ini di ambil dari berbagai wilayah di Jawa Tengah, sehingga bahan pokok bisa mencukupi untuk produksinya.

"Untuk saat ini kuota sangat banyak untuk di eksport. Bahan kami mengambil dari wilayah Jateng, dari Kabupaten Semarang, Pekalongan, Kendal, Batang, kami sudah tercukupi untuk bahan pokoknya," tandasnya.