Transportasi dan Lalu Lintas yang Sehat Jadi Salah Satu Indikator Kota Sehat

Kota Semarang yang masuk dalam kategori Kota Sehat dan dipercaya menjadi tuan rumah Healthy Cities Summit 2022 terus berupaya menjadi kota Lunpia ini jadi parameter Kota Sehat bagi kabupaten dan kota lain yang ada di Indonesia.


Untuk mewujudkan sebuah daerah masuk dalam kategori Kota Sehat ada sembilan indikator atau sembilan tatanan yang harus dipenuhi.

Sembilan tatanan tersebut mulai dari tatanan permukiman, sarana dan prasarana sehat, tatanan sarana lalu lintas tertib dan pelayanan transportasi sehat, tatanan industri dan perkantoran sehat, tatanan kawasan paruiwisata sehat, tatanan pertambvangan sehat, tatanan hutan sehat, tatanan kehidupan masyakat sehat yang mandiri, tatanan ketahanan pangan dan gizi dan tatanan kehidupan sosial yang sehat.

Dalam tatanan tersebut, tatanan sarana lalu lintas tertib dan pelayanan transportasi sehat dinilai cukup penting. 

Sesuai dengan regulasi yang diatur oleh Kementerian Perhubungan, untuk mewujudkan kawasan Kota Sehat, wilayah tersebut harus bisa mengatur agar lalu lintas di perkotaan bisa mengarah pada transportasi umum. 

Selain itu, dalam mengelola transportasi umumnya, energi yang dibuang dalam pemakaian transportasi umum tersebut tidak menghasilkan gas buang yang tinggi.

"Di banyak negara sudah bagus, rapi dan terintegrasi antara satu transportasi umum dengan lainnya. Selain itu juga sudah banyak yang  menggunakan energi listrik bahkan orang dalam transportasi umum tidak boleh merokok," papar Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi, saat melakukan paparan dalam Seminar Healthy Cities Summit 2022, di Ballroom Rama Shinta, Patra Hotel and Convention, Semarang, Selasa (29/3).

Budi menyebut Kota Semarang amish bisa berbenah lagi dalam menata penggunaan transportasi umum secara masif. 

Dikatakannya, Semarang tergolong kota yang dengan tingkat kepadatan transportasi yang belum tinggi seperti Jakarta. Penataan lalu lintas ini bisa diterapkan untuk menghindari kemacetan di suatu kota kedepannya.

"Semarang masih bisa berbenah dan masih ada waktu untuk bisa menata lebih baik," jelasnya.

Ia menyampaikan hingga saat ini tercatat penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di enam kota metropolitan di Indonesia sudah menghabiskan sekitar 2,2 juta liter per hari nya. 

Hal ini jelas mengakibatkan kerugian ekonomi hingga Rp 71,4 triliun per tahun yang dihitung pada enam kota metropolitan tersebut.

"Selain pemborosan bbm juga terjadi pemborosan waktu jika tidak segera beralih ke transportasi umum, efisiensi waktunya hilang yang dialami 6 juta orang per jamnya," ungkapnya.

Dengan beralihnya pada transportasi umum maka tingkat keselamatan lalu lintas dan tindakan indisipliner dalam sebuah kota akan bisa ditekan. Bahkan saat ini di enam kota metropolitan tersebut tingkat kecelakaannya terbilang cukup tinggi hingga 74 persen.

Kementerian Perhubungan RI menyikapi hal tersebut dengan meluncurkan sejumlah strategi mulai dari mendorong wilayah kota dan kabupaten di Indonesia untuk beralih menggunakan transportasi umum dengan disubsidi oleh pemerintah pusat. Misalnya saja di Jogja, Palembnag dan Surakarta.

"Kami juga melakukan revitalisasi terminal agar masyarakat lebih nyaman menggunakan transportasi umum, termasuk Semarang kami selesaikan Terminal Mangkang, ada juga di Padang, Garut dan lainnya yang mengarah ke Green terminal," tandasnya.