Polres Blora menetapkan Drs. Sugiyanto (60), Ketua Panitia Pembangunan Gedung Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Blora Jawa Tengah, sebagai tersangka dalam kasus kecelakaan lift yang menewaskan lima kuli bangunan dan melukai delapan lainnya.
- Setelah Ekspose Perkara, Hasto Akhirnya Tersangka
- PK Ahli Utama Direktorat Jenderal Pemasyarakatan: Apresiasi Rutan Kelas II B Salatiga
- Soal Pati, Kapolda: Jangan Mudah Terprovokasi dan Main Hakim Sendiri
Baca Juga
Tragedi memilukan ini terjadi pada Sabtu, 8 Februari 2025 lalu, sekitar pukul 07.30 WIB, di lokasi proyek pembangunan gedung rumah sakit di Jalan Raya Blora-Cepu KM.3, Desa Seso, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora.
Kecelakaan bermula saat 13 pekerja konstruksi menggunakan lift (alimak) menuju lantai tiga dan empat di gedung yang sedang dibangun.
Sekitar pukul 06.30 WIB, para pekerja tiba di lokasi proyek dan mulai bekerja. Namun, saat lift bergerak dari lantai tiga menuju lantai empat, terdengar suara decitan mencurigakan dari kabel seling mesin. Tak lama kemudian, lift tiba-tiba terjatuh dari ketinggian sekitar 20 meter, menyebabkan kepanikan dan kerusakan fatal.
Akibat kejadian tersebut, lima pekerja meninggal dunia setelah sempat menjalani perawatan medis, sementara delapan lainnya mengalami luka berat.
Petugas kepolisian dari Polres Blora segera mendatangi lokasi kejadian untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Barang bukti termasuk komponen lift yang rusak, diamankan untuk keperluan penyidikan lebih lanjut.
Kapolres Blora AKBP Wawan Andi Susanto, melalui Wakapolres Blora Kompol Slamet Riyanto, menyatakan, pihaknya telah menetapkan satu tersangka, yakni ketua panitia pembangunan, karena diduga lalai dalam pengawasan dan pemeliharaan alat berat.
Penyidikan masih berlangsung guna mengungkap keterlibatan pihak lain dan memastikan penegakan hukum berjalan secara transparan.
”Sugiyanto disangkakan melanggar Pasal 359 dan/atau Pasal 360 KUHPidana tentang kelalaian yang menyebabkan kematian dan luka-luka," ungkapnya.
Kompol Slamet menegaskan bahwa pihaknya akan mengusut tuntas kasus ini dan mengimbau pelaku proyek konstruksi untuk memprioritaskan aspek keamanan.
Penyidikan juga mencakup pemeriksaan alat-alat berat lainnya untuk mencegah terjadi kejadian serupa di masa mendatang.
Tragedi ini menimbulkan duka mendalam bagi keluarga korban dan memicu perhatian publik terhadap standar keselamatan di proyek konstruksi.
Masyarakat Blora berharap kasus ini menjadi pelajaran berharga agar pengawasan proyek lebih ketat. Sementara pihak keluarga menuntut keadilan serta kompensasi atas kehilangan tulang punggung mereka.
- Siswa Asal Grobogan Sabet Juara 1 Sale Open Cup Pencak Silat 2025
- Penertiban PKL di Blora Masih Berlanjut, Pemilik Bisa Ambil Gerobak Setelah Tiga Hari
- Blora Tatap Lumbung Pangan Nasional