Terlibat Jaringan ISIS, Terduga Teroris Asal Kendal Ditangkap Ditangkap Densus 88

DK (24), salah satu dari lima terduga teroris yang ditangkap Densus 88 beberapa hari yang lalu di Dusun Krajan, RT 003, RW 002, Desa Tabet, Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal Jawa Tengah.


DK ditangkap Densus 88 karena keterlibatan di Jaringan Jamaah Islamiyah yang tergabung di grup Annajiyah Media Centre yang bertugas membuat dan menyebarkan poster-poster digital yang berisi propaganda yang membangkitkan semangat jihad amaliyah.

DK adalah anak seorang petani yang setiap harinya membantu orang tuanya di sawah dan mencari rumput untuk makan kambingnya. 

Menurut tetangga DK, Ponidi (55) yang menjabat sebagai Kadus Krajan, mengatakan DK, ditangkap Rabu (9/3). 

"Ada sekitar 20 orang yang masuk ke rumah dan menangkap DK," kata Ponidi, Jumat (25/3).

Penangkapan terhadap DK membuat gempar warga dusun Krajan, sebab remaja tersebut, dikenal sebagai sosok yang pendiam, jarang keluar rumah, dan tidak bicara jika tidak diajak bicara. 

Sementara kedua orang tuanya, justru lebih suka bersosialisasi ke masyarakat. 

"Ayahnya sering ikut tahlilan, dan aktif ke masjid. Beda dengan DK, anaknya. Kalau keluar rumah, paling ya, mencari rumput dan ke sawah membantu orang tuanya," terang Ponidi.

Ponidi menjelaskan, DK adalah anak tunggal  dari pasangan suami istri A dan M. DK, lulusan salah satu SMK di Limbangan dan orang tuanya bekerja sebagai petani. Kebiasaan dia, sebelum wabah Covid 19 , latihan memanah di samping rumahnya. 

"DK kalau latihan memanah di samping rumah. Harga panahnya saja informasinya Rp3 juta rupiah. Ia minta dibelikan orang tuanya, dengan alasan mau ikut lomba memanah," jelasnya.

Menurut Ponidi, DK, jarang sekali jamaah di masjid, termasuk sholat jumat. 

Dulu DK, pernah ikut pengajian di masjid dan bertanya kepada ustadz, Pancasila itu apa, dan apa kegunaan sumpah jabatan. 

Ustadz pun, menjawab pertanyaan DK, seperti pada umumnya.

"Setelah pertanyaannya soal Pancasila dijawab Ustadz, DK tidak pernah ke masjid lagi. Ngga tahu kenapa," tambahnya.

Ponidi mengaku, sekitar sebulan sebelum DK ditangkap ada seseorang yang tidak dikenal, mengawasi rumah DK. 

Orang itu, hampir setiap hari ada di kandang ayamnya, yang terletak di belakang rumah orang tua DK. 

"Sekitar satu bulan sebelum penangkapan, ada orang asing itu berada di kandang ayam saya, dan mengawasi rumah orang tua DK. Ia juga meminta keterangan kepada kurir barang, setiap ada pengiriman barang ke DK," ujarnya.

Orang asing itu, sering tanya kepada dirinya terkait aktivitas DK. 

Ia juga meminta keterangan kepada kurir barang, yang mengirim sesuatu ke DK.

Sementara itu, kepala desa Tabet, Supriyadi, mengatakan dirinya tidak tahu ketika DK ditangkap Densus 88. 

Ia baru mengetahui, setelah dihubungi oleh polisi dari Polres Kendal, untuk ikut menyaksikan penggeledahan rumah DK. Lalu, Supriyadi bersama seorang perangkatnya dan Kadus Krajan, datang ke lokasi untuk ikut menyaksikan penggledahan rumah orang tua DK serta ikut tinggal di situ.

"Setelah DK dibawa, terus dilakukan penggeledahan. Waktu penggeledahan rumah itu, saya diminta untuk ikut menyaksikan," kata Supriyadi.

Setelah penangkapan DK, Supriyadi mengumpulkan semua tokoh masyarakat desa, supaya ikut mengawasi warga desa Tabet. 

"Kasihan orang tua DK. Sampai saat ini masih sock, meskipun sudah bisa bersosialisasi," tambahnya. 

Sejumlah barang bukti seperti busur dan anak panahnya dan HP juga diamankan.