Tembus Pasar Ekspor, Menangguk Berkah Setelah Naik Kelas

Roy Wibisono, pelaku UMKM bisnis keramik, Naruna, yang telah naik kelas dan kini menembus pasar ekspor ke berbagai negara. Foto-foto: dokpri. RMOL Jateng/Stefy Thenu
Roy Wibisono, pelaku UMKM bisnis keramik, Naruna, yang telah naik kelas dan kini menembus pasar ekspor ke berbagai negara. Foto-foto: dokpri. RMOL Jateng/Stefy Thenu

Siapa tak kenal nama Roy Wibisono? Pria bernama lengkap Roy Wibisono Anang Prabowo ini, kini dikenal luas sebagai pengusaha, motivator, sekaligus eksportir. Ya, bos Naruna Keramik ini, adalah salah satu pelaku UMKM di Jateng, yang telah naik kelas dan mencatat sukses luar biasa sebagai pebisnis.


Kisah sukses bisnis pria asal Boja yang kini tinggal di Salatiga ini, bermula dari kegemarannya terhadap keramik. Saking cintanya pada kerajinan dari tanah liat itu, Roy bahkan menuangkan gagasan ilmiahnya dalam skripsinya saat kuliah di jurusan Kimia Fakultas MIPA (kini Fakultas Sains dan Matematika) Undip pada 1998 silam. 

Tiga tahun malang melintang bekerja sebagai peneliti di pabrik keramik, Roy merintis usaha sendiri pada 2005 hingga 2007, produknya diberi nama Sigar Bencah Keramik. Kemudian, bersama beberapa rekan, Roy pun membangun bisnis baru bernama Nuanza. Hanya bertahan 4 tahun, Roy pun keluar dan membangun bisnisnya dengan modal sendiri. 

Pada Februari 2019, bersama dua rekannya, yakni Indra dan Oka, Roy membangun bisnis baru dengan label Naruna Keramik, di sebuah garasi rumah di Jalan Kauman 9B Salatiga.  Hanya berselang 6 bulan setelah berdiri, Naruna Keramik berhasil mencatat ekspor perdananya ke India. 

‘’Saat itu, kita ekspor 1 kontener ke India dengan nilai ekspor Rp600 jutaan,’’ kata Roy, kepada RMOL Jateng, Kamis (19/10). 

Roy mengaku, bisnisnya dapat naik kelas dan dapat melakukan ekspor setelah mendapat pembinaan dan pelatihan dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Jawa Tengah, serta Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah. 

‘’Pelatihannya mulai dasar-dasar digital marketing, manajemen pembukuan perusahaan, hingga pelatihan ekspor,’’ papar Roy. 

Dia mengaku mendapat banyak bekal ilmu dari pelatihan tersebut. Namun, sebagai pebisnis, Roy tetap belajar dan terus belajar menimba ilmu. 

‘’Saya ikut sejumlah pelatihan tingkat lanjut, pastinya berbayar hingga jutaan rupiah yang digelar para expert hingga ke Jakarta atau Bandung. Semua itu demi menimba banyak ilmu untuk mengembangkan usaha saya ini,’’ ungkapnya.

Upayanya menimba ilmu, rupanya tidak sia-sia. Roy pun mendulang berkah dari ilmu yang diperolehnya itu. Permintaan buyer asing pun mengalir. Ekspor demi ekspor dilakoninya. ‘’Sampai saat ini, empat tahun berdiri, kami sudah melakukan ekspor ke 15 negara,’’ papar Roy,  seraya melebarkan senyum.

Produk Naruna berhasil diekspor ke berbagai negara, antara lain Arab Saudi, Qatar, Turki, Hong Kong, Singapura, hingga Australia. Nama Roy dan Naruna pun terdengar hingga ke telinga Presiden Jokowi yang kemudian mengunjunginya.

‘’Kami berawal dari Nol, namun dengan modal semangat juang yang tinggi. Naruna tidak punya kantor, kami melakukan meeting beberapa kali di warung bubur kacang ijo, dengan membeli 3 gelas minuman dan 1 porsi mendoan untuk meeting bersama . Setelah meeting selesai, kami pulang ke rumah masing-masing untuk mengerjakan tugas yang sudah kami bagi. Kami memulai  usaha dengan serbakekurangan, tapi justru hal ini membuat kami semakin berjuang keras untuk mewujudkan mimpi bersama. Modal uang bukan hal yang utama, tapi semangat, optimisme dan daya juang itulah modal yang paling utama,’’ papar Roy. 

Terakhir, Roy baru saja melakukan ekspor ke Prancis dengan nilai ekspor Rp500 jutaan. Bisnis keramik yang ditekuninya, kini merambah bisnis lain.  Pertama, dia membangun Naruna Space Resto di Jalan Sawosari Salatiga, yang dijadikannya resto sekaligus ruang pamer produk Naruna Keramik.

Setelah itu, dia membangun resto lain bernuansa pedesaan yang eksotik bernama Banyu pada Desember 2022, dan minggu depan dia akan membangun resto baru, yang dinamainya Dolan Sawah. 

‘’Dari hanya tiga orang saat memulai bisnis, kini kami punya 150 karyawan di unit keramik dan 50 lainnya di unit resto,’’ ujar Roy.

Ilmu yang dulu diperolehnya saat mengikuti berbagai pelatihan dari Pemprov Jateng dan diramunya dengan kreasi dan keuletannya dalam berbisnis, kini rajin dibagikannya kepada para pelaku UMKM di banyak daerah.

‘’Saya kerap diundang hadir sebagai narasumber untuk para pelaku UMKM, sekaligus memberi motivasi dan testimoni kiat sukses saya dalam menjalankan bisnis,’’ ujar Roy.

Para peserta seminar atau pelatihan, kata Roy, senang dan antusias, karena dirinya memberikan banyak tips dan trik dalam menjalankan bisnis.  Dia banyak tampil berbicara soal tema yang beragam, mulai dari kuliner, craft, ekspor, hingga motivasi.  Pengalamannya sebagai praktisi dinilai lebih riil dan membumi, tak melulu teori belaka. 

Lain lagi, yang dirasakan oleh pebisnis batik, Yustika Yuliarti. Pemilik Batik Natra ini mengaku,  bisnisnya naik kelas setelah mendapatkan bekal pelatihan dari Balai Latihan Koperasi (Balatkop) Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jateng.

‘’Batik Natra lolos kurasi dan dapat mengikuti pelatihan leveling  Management Operasional dan Sumber Daya Manusia. Dari pelatihan tersebut,  banyak sekali ilmu yang kami dapatkan dan di-coaching untuk langsung kami terapkan di Batik Natra,’’ ujar perempuan enerjik berusia 47 tahun ini. 

Dari pelatihan tersebut, Yustika mengaku, mendapat banyak ilmu untuk meningkatkan produktifitas dengan meminimalisir pemborosan dalam operasional, POKA YOKE (mencegah kesalahan), serta pengaplikasian 5R di area produksi, (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin),  dimana dampaknya meningkatkan kinerja, lebih efektif dan efisien, meningkatkan kenyamanan, serta keamanan kerja yang sangat berkorelasi dengan meningkatnya produktifitas.

Menurut Yustika, 60 persen penjualan produk batiknya didominasi online, yakni dari medsos (Instagram dan Facebook) dan whatsapp (WA) serta e-commerce melalui Shopee dan Blibli. Sedangkan 40 persen dari penjualan offline melalui berbagai exhibition yang diikutinya.

Rumahnya di Perumahan Jasmine Park J2 Nomor 11 Plamongan Indah, Batursari, Mranggen, Demak, dijadikan sebagai workshop,  sekaligus gallery batik hasil kreasinya. 

Usaha batiknya dirintis pada 2019. Puluhan tahun menjadi marketing perusahaan farmasi dengan jabatan terakhir sebagai regional manager, Yustika memilih banting setir, menjadi wirausahawan batik.  Bisnisnya berawal dari hobi menggambar, sekaligus mencintai batik.  

‘’Saat kerja dan keliling Indonesia, saya selalu membeli batik asli daerah setempat untuk koleksi pribadi. Lama-lama jatuh cinta, mengapa saya tidak bikin batik sendiri?’’ ujar perempuan asal Banjarnegara kelahiran Juli 1975 ini, kepada RMOL Jateng.

Ibu lima anak ini menuturkan, Batik Natra memproduksi kain, fashion dan craft batik khusus batik warna alam.  Yang menarik, semua motif diciptakannya sendiri. Ada motif yang diberinya nama Sinaran Kidung Rekso Bumi (menjaga bumi tetap indah).

Dikatakan, Batik Natra khas dengan teknik pewarnaan alam yang elegan. Dalam menciptakan motif, Yustika Yuliarti mempunyai filosofi sendiri sendiri. Salah satu yang menarik adalah batik bercorak kontemporer Power of Garlic. Pembuatan batik ini terinspirasi dari salah seorang sahabatnya yang memiliki usaha minuman berenergi yakni jus bawang putih (garlic). Lahirlah motif bawang putih beserta akar-akarnya, naga dan juga seolah olah seperti organ dalam. Gambaran tersebut mempunyai filosofi yang berarti ketika kita mengkonsumsi bawang putih, diharapkan tubuh kita sehat dan stamina kuat seperti naga.

‘’Motif Batik Natra adalah kontemporer, terispirasi dari susunan anatomi tubuh. Ini yang membedakan Batik Natra dengan batik lainnya saat ini, selain warna alam yang unik, elegan, dan ekslusif,  juga dari motifnya yang tidak biasa, tapi sarat makna dan filosofis,’’ paparnya.

Sarjana Biologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto ini, memiliki tageline Same Way Different Taste atau cara boleh sama tapi soul-nya, nyawanya sangat berbeda. Selain memproduksi kain batik, Batik Natra juga membuat pengembangan produk menjadi ready to wear dan juga fashion assesoris.

Target pasar Batik Natra, kata dia, awalnya adalah para relasinya dulu saat menjalani profesi marketing farmasi, yakni karyawan RS, dokter dan tenaga kesehatan.

Selain digital marketing, dia pun gencar mengikuti berbagai exhibition di dalam maupun luar negeri. 

‘’Kami terus mengikuti perkembangan zaman dan teknologi melalui media sosial serta e-commerce,’’ imbuh istri dari Tri Sunanto dan ibu dari Yuniar Rizky, Aldy, Dellaneira, Dhimas dan Dayana ini. 

 ‘’Omzet Batik Natra per bulan sekitar Rp50 juta-an, dengan total aset mencapai Rp1,6 Miliar, alhamdulilah,’’ ujar Yustika. 

Kini, pasarnya meluas, bukan lokal tapi juga global. Batik Natra dipasarkan ke berbagai kota di Jawa, Sumatera, Kalimantan hingga Sulawesi. Konsumennya pun menembus pasar global, mulai dari Hong Kong, Korea, Inggris hingga Jerman. 

Pelatihan untuk Naik Kelas

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jateng Eddy Sulistiyo Bramiyanto kepada RMOL Jateng mengatakan, jumlah UMKM yang telah dibina dan mendapatkan dukungan kegiatan per triwulan III tahun 2023 sebanyak 186.024 UMKM, dengan klasifikasi jenis usaha, yakni sektor produksi/non pertanian (69.173 UKM), perdagangan (66.945 UKM), sektor pertanian (28.452 UKM), serta jasa (21.454 UKM)

‘’Pelatihan yang dilakukan Dinkop UMKM untuk membantu UMKM di Jateng agar terus naik kelas antara lain layanan pendampingan dan penyuluhan hukum bagi UMKM, literasi dan digitalisasi keuangan, Bimtek untuk UMKM yang siap ekspor, pelatihan vokasional dan manajerial bagi UMKM serta penumbuhan start-up bisnis,’’ papar Eddy Bramiyanto.

Jumlah UMKM yang telah melakukan ekspor selama tahun 2021 sampai Agustus 2023 sebanyak 209 UMKM terbagi menjadi UMKM makanan dan minuman kemasan sebanyak 50 UMKM dengan nilai ekspor Rp.97.487.934.140, UMKM non makanan (craft, fashion, furniture, home decor, dll) sebanyak 159 UMKM dengan nilai ekspor Rp.208.520.042.689

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Jateng, Ratna Kawuri mengatakan, mayoritas pelaku UMKM yang sudah ekspor produknya merupakan dampingan Disperindag Jateng. Mereka tergabung dalam export coaching program.

"Jadi di Dinas Perindag itu mempunyai satu jenis pelayanan atau fasilitas memberikan coaching program untuk ekspor. Memberikan literasi dan sebagainya kepada calon eksportir agar mereka paham pernik-pernik ekspor itu seperti apa saja. Dan teman-teman yang ekspor, adalah mereka yang mengikuti program itu," jelas Ratna Kawuri.