Tembakau dan Makanan Penyumbang Deflasi Terbesar di Kota Kretek

Konsumsi tembakau salah satu kelompok penyumbang deflasi di Kudus. Arif Edy Purnomo/RMOLjateng
Konsumsi tembakau salah satu kelompok penyumbang deflasi di Kudus. Arif Edy Purnomo/RMOLjateng

Deflasi atau penurunan harga-harga barang dan jasa sepanjang bulan Mei 2024 di Kabupaten Kudus, yakni sebesar 0,17% secara Month on Month (MoM). Sedangkan inflasi tahunan di kabupaten setempat sebesar 2,67% secara Year on Year (YoY).


Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kudus, Eko Suharto mengatakan, kelompok yang mendorong deflasi di Kudus, adalah makanan, minuman dan tembakau. Angka deflasinya mencapai 0,30% dan andil deflasinya sebesar 0,19%.

“Dampak deflasi itu Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Mei 2024 di  Kudus mencapai 106,34. Nilai ini turun dari bulan April 2024 yang mencapai 106,52,” ujar Eko Suhartono, Rabu (05/06).

Sedangkan 5 komoditas penyumbang deflasi di bulan Mei 2024, kata Eko, mulai dari beras, tomat, angkutan antarkota, cabai rawit hingga daging ayam ras.

Perincian komoditas penyumbang deflasi, yakni beras deflasi 0,14%, tomat 0,06%, angkutan antar kota andil deflasinya 0,05%, cabai rawit deflasinya 0,04, dan daging ayam ras dengan  deflasi 0,03%.

Eko melanjutkan, untuk Kelompok pendorong inflasi adalah perawatan pribadi, penyedia makanan dan minuman atau restoran, pakaian dan alas kaki.

“Perawatan pribadi sebesar 0,30 persen, penyedia makanan dan minuman 0,17 persen, pakaian dan alas kaki sebesar 0,14 persen,” paparnya.

Kemudian untuk 5 komoditas pendorong inflasi di bulan Mei 2024, imbuh Eko, yakni cabai rawit, Sigaret Kretek Mesin (SKM), tarif parkir, telur ayam, dan bawang merah.

“Untuk cabai rawit dengan andil inflasi 0,06%, SKM andil deflasi 0,04%, tarif parkir dan telur ayam ras masing-masing 0,03%, dan bawang merah dengan andil inflasi 0,02%,” terangnya.

Eko menegaskan, tingkat iInflasi di Kudus cenderung masih aman. Namun demikian, pihaknya meminta untuk tetap berhati-hati dengan perubahan yang bisa saja terjadi.

“Persediaan bahan pangan, kekeringan, dan perubahan iklim harus tetap diwaspadai agar tidak ada inflasi yang dalam,” pintanya.