Tawuran Dan Gangster Pelajar Merebak, Sekolah Di Semarang Siap Berikan Sanksi Tegas Kepada Siswa

Tawuran Dan Gangster Di Semarang Pelakunya Kebanyakan Pelajar Belasan Tahun. Dicky A Wijaya/RMOLJawaTengah
Tawuran Dan Gangster Di Semarang Pelakunya Kebanyakan Pelajar Belasan Tahun. Dicky A Wijaya/RMOLJawaTengah

Tawuran anak-anak remaja makin resahkan masyarakat Kota Semarang. Gangster juga isinya anak-anak pelajar berusia belasan tahun. Ini menjadi perhatian pihak sekolah di Semarang.


Pihak sekolah pun menyayangkan sekali maraknya gangster dan tawuran yang sering terjadi belakangan ini. Wakil Kepala SMKN Jateng Bidang Humas Heri Purnomo mengatakan, sekolah harus tegas memberikan sanksi bagi siswanya jika benar-benar menjadi pelaku gangster atau tawuran. 

"Sekolah harus tegas menghadapi gangster atau tawuran. Jika ada siswa pelaku, sanksinya seberat mungkin, bila perlu dikeluarkan dari sekolah karena kasusnya termasuk kriminal," tegas Heri, Sabtu (18/05). 

Siswa pelajar meski tidak di dalam sekolah, Heri menyebut, seharusnya masih tanggung jawab pihak sekolah. Bila satu siswa tertangkap pihak berwajib kepolisian atas kasus gangster maupun tawuran, sanksinya juga masuk ke dalam pelanggaran tata tertib kesiswaan. 

Agar kasus kriminal banyak melibatkan para pelajar itu dapat dicegah, Heri menyoroti, harus ada tindakan tegas pihak sekolah ke siswa pelaku. Termasuk juga, antara sekolah dan orang tua butuh kerja sama untuk pengawasan siswa-siswinya di luar kegiatan pendidikan. 

"Harus ada sanksi bagi para pelaku tawuran. Sebab, pelaku jika sekali tertangkap kemudian tidak diproses hukum, maka penyelengara pendidikan juga kecolongan. Sanksi dari sekolah dibutuhkan, siswa harus tertib aturan serta siap sewaktu-waktu dikeluarkan dari sekolah jika benar-benar terlibat kasus kriminal. Terus orang tua, dukungan dalam pengawasan putra-putrinya anak-anak didik penting konteksnya bila di luar kegiatan sekolah," terang Heri. 

"Orang tua dan pihak sekolah harus hubungan baik sering komunikasi. Itu lanjut ya, sebagai pengawasan perilaku dan karakter anak-anak, jadi terkontrol. Antara guru dan orang tua sama-sama saling mengerti perkembangan anak saat di sekolah dan di rumah, jadi jika satu dan lain hal terjadi bisa dicari bersama solusinya," tambah dia.