Tari Cahya Nojorono Hadir Kembalikan Popularitas Caping Kalo Diambang Kepunahan

Penampilan Tari Cahya Nojorono Disempurnakan Kehadiran Caping Kalo, Mempertegas Identitas Warisan Budaya Khas Kudus. Arif Edy Purnomo/RMOLJateng
Penampilan Tari Cahya Nojorono Disempurnakan Kehadiran Caping Kalo, Mempertegas Identitas Warisan Budaya Khas Kudus. Arif Edy Purnomo/RMOLJateng

Kabupaten Kudus selama ini dikenal sentra industri rokok, serta memiliki ragam budaya warisan leluhur yang tak ternilai harganya. Selain itu, memiliki salah satu warisan berharga yang perlu terus dilestarikan yakni Caping Kalo.

Seiring dengan perkembangan zaman, peran Caping Kalo kian menyempit. Kehadiran Caping Kalo hanya digunakan saat momen-momen tertentu saja, serta menjadi aksesoris pelengkap yang disematkan pada baju adat wanita Kudus.

Kebutuhan penggunaan Caping Kalo yang semakin ditinggalkan, membuatnya terancam punah. Tercatat pengrajin Caping Kalo di Kudus hingga kini, hanya tersisa dua orang yang masih menekuni pembuatan tutup pelindung kepala tradisional.

Tergerak dengan kondisi di ambang kepunahan, Nojorono Kudus berupaya mengembalikan popularitasnya melalui kreasi tarian. Upaya yang dilakukan yakni menggandeng Didik Ninik Thowok, sang maestro tari Indonesia mengemasnya melalui Tari Cahya Nojorono.

Tarian kreasi itu ditampilkan apik dengan memadukan nilai budaya Kudus yang dikolaborasikan warisan nilai Nojorono Kudus Bersatu, yakni Berdoa, Berkarya dan Cipta, Karsa, Rasa, Cahya.

Penampilan Tari Cahya Nojorono disempurnakan kehadiran Caping Kalo, yang tak hanya sekadar mempercantik tarian saja. Namun mempertegas identitas warisan budaya khas Kudus.

Sejumlah penari yang terlibat dalam koreografi Tari Cahya Nojorono yang digelar di Pendopo Kabupaten Kudus, Sabtu malam ((27/4) itu, merupakan karyawan Nojorono Kudus yang digembleng langsung sang maestro tari Didik Ninik Thowok.

Bentuk formasi yang terdiri 3 dan 2 penari yang menandakan tahun berdirinya Nojorono Kudus di tahun 1932. Kemudian diakhiri dengan formasi penari akhir, yang terdiri dari 14 dan 10 penari yang mewakili tanggal dan bulan dikukuhkannya Nojorono Kudus, yakni 14 Oktober.

"Mayoritas penari terbilang pemula, audisi digelar dan dinilai langsung kelayakannya oleh Didik Nini Thowok. Tuntutan bergerak gemulai dan indah dalam koreografi yang penuh makna, menjadi tantangan besar bagi setiap penari,” ujar Robertus Ipong Sumantri, salah satu penari.

Sementara itu, Arief Goenadibrata selaku Direktur PT Nojorono Tobacco International memaparkan, Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan budaya.

“Hal ini merupakan tanggung jawab kita bersama menjaga kelestariannya. Nojorono berkomitmen memberdayakan siapapun yang ingin mempelajari warisan sejarah khas Kudus yaitu Caping Kalo,” ujar Arief.

Arief pun berharap Tari Cahya Nojorono ini dapat dinikmati menjadi suatu mahakarya indah. Selain itu, dapat ditampilkan sebagai sumbangsih peran Nojorono dalam pelestarian budaya Indonesia.