Takbiran Berujung Maut, Warga Kudus Dikeroyok Delapan Orang Hingga Tewas

Kepala Desa Undaan Tengah Dedy Arisanto (berpeci) menandatangani berita acara dari petugas Polsek Undaan terkait kematian salah satu warganya. Arif Edy Purnomo/RMOLJateng
Kepala Desa Undaan Tengah Dedy Arisanto (berpeci) menandatangani berita acara dari petugas Polsek Undaan terkait kematian salah satu warganya. Arif Edy Purnomo/RMOLJateng

Sufarkan alias Cupang (37), warga Desa Undaan Tengah, Gang 2, Kecamatan Undaan tewas di malam takbir.

Ia meregang nyawa setelah dikeroyok delapan orang dalam sebuah aksi tawuran yang mewarnai takbir keliling, Selasa (9/3) malam.

Ironisnya, para pelaku pengeroyok tal lain merupakan tetangga satu desanya. Cupang tewas setelah terluka parah di bagian kepalanya diduga akibat dihantam batu. Korban meninggal dalam perjalanan di RSUD dr Loekmonohadi Kudus.

Kepala Desa Undaan Tengah Dedy Arisanto menceritakan, kejadian itu bermula saat berlangsung acara pawai ogoh-ogoh meramaikan pawai takbiran mengelilingi desa setempat.

Saat atraksi berlangsung, kata Dedy, tanpa sengaja ogoh-ogoh yang ditandu sejumlah remaja menyenggol anak-anak kecil. Hal itu akhirnya menjadi pemicu awal perkelahian yang berujung meninggalnya warga Desa Undaan Tengah.

Saat itu, korban mencoba untuk melerai. Namun upaya korban justru membuat remaja lain tersulut emosi hingga mengeroyok korban. Korban diduga dihantam batu hingga pelipis kirinya luka parah dan berdarah.

Meski lukanya cukup parah, namun korban masih bisa pulang kerumahnya untuk membersihkan ceceran darah ditubuhnya. Korban diantar aparat keamanan dan Dedy Arisanto ke Puskesmas Undaan untuk dijahit luka-lukanya.

“Karena ada perkelahian cukup singkat. Kami sempat melerai dan mendamaikan aksi tawuran tersebut kurang lebih sekitar lima menit," ucap Dedy yang ditemui dirumahnya, Kamis (11/4).

Usai mendapatkan tiga jahitan, korban mengaku sesak nafas hingga akhirnya sempat dilarikan ke RSUD Kudus untuk mendapatkan perawatan intensif.

Dedy menjelaskan, dari perawat di Puskesmas yang menjahit luka-luka korban, saat itu korban masih bisa berinteraksi dan mengeluh bahwa kepalanya dipukul batu.

“Setelah itu, tiba-tiba keluar keringat dingin dan mengaku dadanya sesak dan dibawa ke RSUD. Namun dalam perjalanan ke rumah sakit, korban menghembuskan nafas terakhirnya,” terangnya. 

Dedy mengaku bahwa korban yang baru memiliki seorang anak berusia 2 bulan ini, selama ini merupakan sosok yang baik.  Ia tak menampik bahwa dirinya cukup dekat dengan korban.

“Almarhum sosok yang baik, dan saya pastikan saat kejadian tawuran korban tidak mabuk, karena saya berinteraksi langsung dengan korban,” tambahnya.

Dedy tidak menyangka akhirnya korban meninggal dunia. Sebab saat itu, korban hanya mengalami luka robek di bagian pelipis dan tubuh korban pun terlihat baik-baik saja.

Di lokasi rumah duka yang tak jauh daru rumah Dedy Arisanto, kakak korban Solikhul Anwar mengaku tidak memiliki firasat apa-apa sebelum adiknya meninggal dunia.

Saat kejadian tawuran, Solikhul juga sempat menyaksikan langsung tragedi berdarah itu. Namun demikian, ia tidak tahu jika adiknya yang menjadi korban.

“Adik saya baru setahun menikah dan meninggalkan anak yang saat ini usianya masih dua bulan. Istrinya masih shock, karena kejadiannya sangat cepat,” ujar Solikhul.

Sementara itu, aparat Polres Kudus terus melakukan penyelidikan kasus tawuran berujung meninggalnya warga Desa Undaan Tengah. Perkembangan terkini, ada sebanyak delapan orang yang diperiksa terkait kasus yang mengakibatkan korban meninggal dunia.

“Ada delapan pelaku yang dimintai keterangan. Mereka pun sudah ditahan di Mapolres Kudus" ujar Kapolres Kudus melalui Kasat Reskrim KP R. danang Sri Wiratno, Rabu (10/4).

Meski telah ditahan, Danang belum memberi penjelasan detail identitas delapan orang yang diminta keterangan tersebut.