Studio Sejauh Hadir di Pekalongan, Ruang Kolaborasi Industri Fesyen untuk Wujudkan Kedaulatan Sandang

Chitra Subyakto, Pendiri dan Direktur Kreatif dari Sejauh Mata Memandang saat meresmikan Studio Sejauh, di Hotel Sidji, Kota Pekalongan, Rabu (7/8). RMOL Jateng/Bakti Buwono
Chitra Subyakto, Pendiri dan Direktur Kreatif dari Sejauh Mata Memandang saat meresmikan Studio Sejauh, di Hotel Sidji, Kota Pekalongan, Rabu (7/8). RMOL Jateng/Bakti Buwono

Industri fesyen Indonesia, khususnya Kota Pekalongan, mendapat suntikan inovasi terbaru dari dari Sejauh Mata Memandang (SMM). Jenama fesyen sirkular itu membangun Studio Sejauh, ruang kolaborasi baru yang diinisiasi oleh Yayasan Sejauh Bumi Lestari di Kota Pekalongan.


"Studio ini bertujuan untuk menjadi pusat pertemuan bagi para pemangku kepentingan di industri sandang, mulai dari artisan, petani, UMKM, komunitas, hingga pelaku bisnis fesyen dan masyarakat luas," kata Chitra Subyakto, Pendiri dan Direktur Kreatif dari Sejauh Mata Memandang, di Hotel Sidji, Kota Pekalongan, Rabu (7/8).

Ia menyebut melalui Studio Sejauh, para pelaku industri fesyen tanah air kini memiliki akses untuk mengenal dan bermitra dengan berbagai elemen produksi yang selama ini menjadi mitra SMM. 

“Kami meyakini bahwa tujuan kedaulatan sandang perlu diupayakan melalui kerja bersama, saling mendukung untuk berdaya, berkarya dan memberi dampak bersama-sama. Untuk itu, semangat kolaborasi menjadi landasan dari keberadaan Studio Sejauh,” ujar Chitra.

Bertepatan dengan peresmian Studio Sejauh, SMM juga mengundang sejumlah figur inspiratif untuk berbagi ilmu dan menceritakan hal yang mereka geluti. Di antaranya adalah Chandra Kirana Prijosusilo dari Sekar Kawung, R Asyfa Fuadi dari CraftDenim.id, Fatah Syaifur Rochman dari Shibiru, Wibowo Akhmad dari Rabersa, serta Mugi Raharjo, artisan batik asal Pekalongan. 

Kehadiran mereka diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan semangat kolaborasi bagi para pelaku industri fesyen lainnya.

Ia menyebut salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh para pelaku bisnis fesyen adalah sulitnya akses informasi terkait produksi dan vendor dengan proses yang bertanggung jawab. 

Studio Sejauh hadir untuk menjawab tantangan ini dengan memberikan akses keterbukaan informasi yang mendukung upaya bisnis agar dapat berjalan secara lebih bertanggung jawab. 

“Kami ingin berkontribusi lebih pada lahirnya label-label baru dengan memberikan akses yang tepat dan peluang berkolaborasi dengan artisan lokal yang juga berkualitas baik,” tambah Chitra.

Raden Asyfa Fuadi, Pendiri CraftDenim.id, menyatakan antusiasmenya terhadap kolaborasi ini. 

“Kolaborasi ini penting sekali dan bermanfaat untuk memberikan gairah kultur tenun di Pekalongan yang semakin meredup. Dukungan dan keterbukaan yang diberikan oleh Studio Sejauh tidak hanya akan membantu kami dalam melestarikan wastra nusantara seperti tenun, tetapi juga memperkuat kedaulatan sandang di Indonesia,” tuturnya. 

Menurutnya, semangat kolaborasi yang diusung oleh Studio Sejauh memberikan kesempatan bagi para artisan dan UMKM untuk berdaya, berkarya, dan menciptakan dampak positif bersama-sama.

Bulan Agustus ini, Studio Sejauh akan meluncurkan program publik pertamanya, 'Tumbuh Benih Jadi Sandang'. Program ini berkolaborasi dengan mitra-mitra Studio Sejauh seperti Sekar Kawung, Bidadariku, CraftDenim.id, Shibiru, dan Rabersa. Melalui inisiatif ini, masyarakat diundang untuk menanam kembali kapas, merawatnya, hingga memanen. 

Kapas yang dipanen kemudian akan dipintal menjadi benang dan ditenun menjadi kain oleh para kolaborator Studio Sejauh, yang kemudian akan dikembalikan kepada peserta. 

Chitra melanjutkan, program ini mampu melibatkan masyarakat lebih luas lagi dalam setiap langkah produksi kain, serta meningkatkan pemahaman tentang praktik tekstil yang berkelanjutan dan sirkular.

Dengan hadirnya Studio Sejauh, SMM berharap dapat membawa perubahan positif di industri fesyen Indonesia. Melalui kolaborasi, akses informasi, dan program-program inovatif, Studio Sejauh berkomitmen untuk mendukung para pelaku bisnis fesyen agar dapat beroperasi dengan lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan. 

Dengan demikian, kedaulatan sandang di Indonesia dapat terwujud, menjaga warisan budaya lokal, serta berkontribusi pada kelestarian lingkungan.