Untuk menjaga stabilitas harga padi saat panen Perum Bulog Kantor Cabang Semarang menjalin kerjasama dengan para petani (mitra tani).
- Pejalan Kaki di Grobogan Tewas Tertemper KA Argo Bromo Anggrek
- Kontes Bonsai Perebutkan Piala Bupati Grobogan Hadirkan Juri Nasional
- Paska Lebaran Harga Semangka Anjlok Rp 4 Ribu Per Kilogram
Baca Juga
Di Kabupaten Grobogan, 50 hektar lahan milik Gapoktan Sedyo Utomo Desa Tambirejo Kecamatan Toroh saat ini sudah bekerjasama dengan perum bulog tersebut.
Diperkirakan, dari 50 hektar lahan tersebut mampu menghasilkan 350 ton gabah. Selain pembelian per kilogram, fasilitas angkutan serta alat pemanen disiapkan dari pihak bulog.
Pendampingan secara intens pun dilakukan pihak bulog sejak pengolahan lahan hingga panen. Itu dilakukan agar petani tidak merugi dengan adanya permainan harga di tingkat pedagang.
Pimpinan proyek Kemitraan Budidaya Project Management Office (PMO) Mitra Tani Jateng, Sulistianta Akhirudin mengatakan, secara nasional di tahun 2025 bulog menargetkan tiga juta ton dapat terserap. Untuk Jawa Tengah sendiri target serapan sebanyak 383.144 ton.
"Untuk pilot projectnya di Jawa Tengah, sementara kita jalin kemitraan di tiga kabupaten, yakni, Klaten, Grobogan, dan Sragen. Total luasnya, 91,14 ha," terangnya, Rabu (19/2) siang.
Ia mengatakan, selain mitra tani yang saat ini sudah menjalin MoU dengan perum bulog, para petani di luar dampingan juga dibukakan pintu untuk dapat menjual hasil panen ke perum bulog.
"Mekanismenya, silakan berkomunikasi dengan bulog terdekat. Untuk jenis gabah yang dibeli sementara tidak ada pembatasan," terangnya.
Hasil panen budidaya, ungkap Sulistianta, nantinya, diserap oleh Perum BULOG Cabang Semarang dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) senilai Rp 6.500 per kilogram untuk harga padi. Sementara, untuk beras, akan dibeli seharga Rp 12 ribu per kilogram.
Hasil selanjutnya akan diolah langsung oleh Sentra Penggilingan Padi (SPP BULOG) baik di Sragen/Kendal dan atau Mitra Pangan Pengadaan sebagai cadangan pangan pemerintah.
Pangurus Gapoktan Sedyo Utomo, Supriyadi mengatakan, pihaknya merasa nyaman mendapatkan pendampingan dari perum bulog. Karena HPP cukup tinggi sehingga menguntungkan petani.
"Meski harga di pedagang kadang bisa lebih tinggi dari bulog, namun stabilitas harga tidak ada. Harga bisa turun sewaktu-waktu mengikuti pasar, para petani lebih nyaman dengan bulog," ungkapnya.
Ia menuturkan, sebelumnya para petani Tambirejo sering menjual hasil panen pada penebas. Namun saat dikalkulasi, ternyata lebih untung ketika gabah dijual perkilogramnya.
- Polda Jateng Sertijab Beberapa Pejabat Baru, Ada Mutasi Sejumlah Kapolres
- Tragedi Lift RS PKU Muhammadiyah Blora, Ketua Panitia Ditetapkan Sebagai Tersangka
- Ini Pesan Khusus Eks Gubenur Jateng untuk Gus Yasin