- Ibu Kandung Senior PDI-P Salatiga Teddy Sulistyo, Sri Utami Meninggal Dunia
- 18 Sosok Akan Terima Penghargaan Tokoh Inspiratif Jawa Tengah 2024, Ini Daftarnya
- Gagal Jadi Polisi, Mahasiswa Unisula Malah Catat Sejarah Jadi Anggota DPRD Demak Termuda
Baca Juga
Sejarah panjang asal mula rokok kretek, perkembangan industri kretek serta peran pengusaha kretek pada masa kemerdekaan RI, dikupas tuntas dalam gelar wicara yang diinisiasi Kantor Bea Cukai Kudus.
Agenda gelar wicara yang bertempat di aula Gedung Colo Kantor Bea Cukai Kudus bersama narasumber Dr. Edy Supratno, seorang sejarawan dan penulis buku ini, menyimpulkan bahwa sejarah kretek Indonesia dan di dunia ditemukan oleh Djamhari dan Nitisemito, yang merupakan pengusaha pabrik rokok kretek pertama di dunia dan berasal dari Kudus.
Hal itu dibuktikan Edy setelah berhasil menemukan makam Djamhari di Tasikmalaya, Jawa Barat. Perjalanan menelusuri berbagai informasi yang didapat Edy, akhirnya dirangkai hingga menjadi sebuah buku “Djamhari Penemu Kretek: 100 Tahun Sejarah yang Terpendam dan Lika-liku Pencarian Jejaknya”.
“Rasa penasaran menjadi semangat saya menelusuri keberadaan Djamhari, hingga saya bisa membuktikan bahwa tokoh Djamhari sang penemu kretek memang ada,” ujar Edy dihadapan para pegawai Bea Cukai Kudus di aula Gedung Colo Kantor Bea Cukai Kudus, Rabu ((27/3).
Edy mengaku bertemu dengan keturunan Djamhari, mengunjungi makamnya dan mempunyai bukti-bukti keberadaan tokoh penemu rokok kretek di dunia yang berasal dari Kabupaten Kudus.
Edy memaparkan, asal muasal istilah ‘kretek’ muncul ketika Djamhari menderita sakit asma. Ia pun mencari cara untuk menyembuhkan sakitnya, yang biasanya mengoleskan minyak cengkeh di dadanya.
“Kemudian ia mencoba mencampur cengkeh dengan racikan tembakau yang dibungkus daun jagung dan dibakar serta menghisapnya. Suara ‘kretek-kretek’ muncul saat cengkeh terbakar. Sejak saat itu, kretek mulai dikonsumsi di daerah Kudus,” terangnya.
Meskipun Kudus bukan penghasil tembakau atau cengkeh, kata Edy, namun kehadiran rokok kretek berasal dari Kudus. Sedangkan kaitannya dengan sejarah kemerdekaan RI, terungkap bahwa para pengusaha kretek ini menjadi bagian dari pengurus organisasi pergerakan nasional Indonesia, seperti Boedi Oetomo dan Sarekat Islam.
“Para pengusaha kretek ini mendukung pergerakan kemerdekaan bukan hanya dari segi pendanaan, tetapi juga bantuan lain seperti penyebaran informasi, penyediaan tempat, dan bantuan lainnya,” terangnya.
Maka tidak heran jika pemerintah kolonial Hindia Belanda saat itu, imbuh Edy, memburu banyak tokoh yang berideologi nasionalis, termasuk para pengusaha kretek.
“Salah satu pengusaha kretek dari Kudus yang paling terkenal saat itu adalah Nitisemito, dengan rokok kretek berlogo tiga lingkaran, yang orang-orang menyebutnya rokok merk Bal Tiga,” tukasnya.
Banyak peninggalan dari Nitisemito yang saat ini masih bisa dilihat di Kudus, ini menjadi bukti sejarah bahwa Nitisemito adalah pengusaha rokok kretek pertama dan menjadi bagian dari perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Sementara itu, Kepala Kantor Bea Cukai Kudus, Lenni Ika Wahyudiasti menambahkan, memahami sejarah kretek pada masa kemerdekaan RI menjadi kewajiban bersama sebagai bagian dari peningkatan wawasan kebangsaan.
“Karena menghargai sejarah masa lalu adalah salah satu ikhtiar untuk kebaikan di masa depan. Kegiatan temu wicara kali ini menjadi bagian pembinaan mental bidang ideologi bagi para pegawai Bea Cukai Kudus,” pungkasnya.
- Imron, Ojol yang Kini Jadi Wabup Termuda Wonogiri
- Dikabarkan Maju di Pilgub Jateng, Ahmad Lutfi Temui Ratusan Pemangku Punden dan Belik di Kudus
- Kado Kue Tart Dandim dan Penjabat Bupati Kudus Warnai Hari Bhayangkara ke 78