Sempat vakum, Septiana Kartika Rini warga kelurahan Watesalit, Kecamatan Batang, kembali memproduksi sirup jahe di masa Pandemi Covid-19.
- Kepala Daerah Diminta Habiskan Stok Vaksin Dalam Sehari
- Sebanyak 12.913 Anak di Salatiga Target Imuninasi
- Belum Capai Kekebalan Kelompok, Genjot Vaksinasi Lebih Keras
Baca Juga
"Cara mengolah sirup jahenya merupakan resep keluarga, saya sempat bikin (memproduksi dan jualan) pada 2004 tapi beberapa tahun kemudian vakum karena alasan keluarga. Saya hanya memproduksi pesanan saja," tutur Rini di rumahnya, Selasa (10/8).
Pada masa pandemi Covid-19, permintaan minuman berbahan herbal hingga rempah termasuk jahe meningkat.
Ia bersama keluarganya pun memutuskan menghidupkan kembali resep keluarganya dan kembali memproduksi sirup jahe bermerek Asri.
Rini mengolah sirup jahenya dengan bahan jahe, kapulaga, lada hitam, alang-alang, gula merah, kayu manis dan beberapa bahan lainnya.
Tak disangka, selama masa pandemi Covid-19 pesanan sirup jahenya justru banyak.
"Banyak pesanan dari tenaga kesehatan di sejumlah rumah sakit. Yang paling banyak ambil dari Semarang, saya juga pernah mengirim sampai Palembang," katanya.
Ia menjelaskan produk sirup jahe paling laku adalah kemasan 460 mililiter dengan harga Rp 35 ribu per botolnya. Satu botol bisa untuk 12 gelas.
Sudah bersertifikat PIRT, ia menjamin sirup jahenya tanpa bahan pengawet dan bisa bertahan hingga delapan bulan.
Ada empat ukuran, terdapat juga ukuran 250 ml, 350 ml dan 550 ml dengan varian harganya masing-masing.
Kini ia bisa memproduksi hingga 100 botol per harinya. Pesanannya pun mencapai ratusan botol.
"Kalau khasiatnya alhamdulillah ada yang pernah cerita yang pegal-pegal jadi segar, dan katanya bisa nambah imun. Pernah dikonsumsi pasien Covid-19 yang isoman juga," jelasnya.
- RS Telogorejo Jamin Aman Bagi Pasien Reguler yang Ingin Kontrol
- Pemkot Semarang Tutup Sementara Sentra Vaksin
- Berita Tertentu Picu Kecemasan Masyarakat, Pakar: Hati-hati! Masyarakat Harus Paham Literasi Media