Dua Kelurahan di Salatiga dikukuhkan sebagai Kampung Moderasi Beragama di Kota Salatiga, Rabu (26/7).
- Bertemu Wali Kota Gibran, LDII Surakarta Dukung Toleransi
- Rupanya, Ada Campur Tangan Kolonial Belanda Dibalik Banjir Demak, Kudus, Jepara dan Grobogan
- Capai 64 Persen, Kabupaten Demak Kejar Target 70 Persen Vaksinasi
Baca Juga
Peluncuran kedua kampung itu, yakni Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti dan Kelurahan Randuacir, Kecamatan Argomulyo langsung oleh Penjabat (Pj) Wali Kota Salatiga, Sinoeng N Rachmadi yang ditandai dengan pemukulan gong.
Sinoeng mengaku, sangat mengapresiasi kedua kelurahan ini dipilih Kampung Moderasi Beragama di Kota Salatiga.
"Karena konsistensinya mewujudkan sebuah wilayah dengan sifat toleransi umat beragama yang tinggi dan menciptakan kerukunan antar umat beragama ditengah masyarakatnya," kata Sinoeng.
Dirinya menyampaikan ke semua pihak yang terlibat sehingga kedua kelurahan ini bisa didaulat menjadi kampung moderasi beragama di Kota Salatiga.
Ia berharap, kedua daerah ini akan memberikan inspirasi/ daya viral kepada kampung lain.
"Saya juga sampaikan terima kasih kepada KaKemenag, penyuluh agama, FKUB agama yang bekerja memberikan pendampingan secara terus menerus dan berulang," terangnya.
Sinoeng menambahkan, agar capaian dari dua Kelurahan ini bisa menjadi contoh bagi wilayah lain yang ada di Kota Salatiga.
Anak anak muda tentu akan berada di segment yang strategis, sehingga mereka mampu menterjemahkan menjadi sebuah contoh dan teladan nantinya.
Lebih jauh ia memaparkan, seberapa jauh perwujudan dan pembumian dalam perilaku warganya terhadap nilai nilai kebangsaan.
Dan pada akhirnya, Pemerintah Kota Salatiga bersama Kantor Kementrian Agama tadi telah melaunching soal kampung moderasi di Kelurahan Dukuh dan Kelurahan Randuacir.
Hal ini tentunya, tidak berlebihan kalau ini menjadi sebuah hasil penilaian yang bersifat piloting. Karena bisa menjadikan virus kebaikan dan hal itu bisa menyebar ke kampung yang lain.
"Termasuk bagaimana anti terhadap kekerasan, anti terhadap radikalisme, membudayakan sikap kegotongroyongan dan tepo sliro, dan pemecahan masalah yang bersifat sosial dan semangatnya adalah solusi," imbuhnya.
- Usai Penghormatan Detik Detik Proklamasi, Kasat Lantas Polres Demak Bagikan Bendera dan Coklat ke Pengendara
- Tol Dalam Kota Semarang Belum Perlu One Way
- Gubernur Jawa Tengah Desak Pembangunan Fisik Infrastruktur Jalan Jelang Lebaran Dikebut