Semarang Utara Diprediksi Tenggelam Lebih Cepat

Potensi tenggelam Semarang Utara diprediksi lebih cepat jika langkah antisipasi tidak tepat.


"Jadi bisa lebih cepat dari 50 tahun. Yang tergenang itu sekarang di daerah Semarang Utara itu, di Tugu juga sudah mulai parah. Perbatasan dengan Demak juga. Keparahan terlihat ketika hujan awal tahun yang sampai banjir di Unissula, itu membuktikan drainase sudah tidak bisa membuang air ke laut dengan gravitasi karena tanahnya lebih rendah dari air laut," kata Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kealutan Universitas Diponegoro Denny Nugroho Sugianto kepada RMOL Jateng, Senin (9/8).

Salah satu penyebabnya adalah masifnya pengambilan air tanah di kawasan Semarang bagian Utara yang berupa sedimen aluvial. Serta adanya kenaikan permukaan air laut.

"Penurunan tanah beragam ada 2 cm, 3 cm, 5 cm, sampai rata-rata 10-12 cm pernah tahun. Penggunaan air tanah berlebihan, jadi tanah cepat turun. Selain itu sifat sedimentasi di pantai Semarang itu sedimentasi aluvial. Pernah dengar kan dulu Semarang itu sampai daerah Sam Po Kong adalah perairan? Nah, ini seperti mau kembali," ungkapanya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Semarang, Iswar Aminuddin mengatakan, Pemerintah Kota Semarang sudah memulai langkah antisipasi terkait dengan penurunan tanah.

"Penurunan tanah atau land subsidence itu penelitian memang sudah lama. Ada  penurunan setiap tahun sekitar 10 cm. Menurut penelitian pula,  land subsidence mulai terjadi 20-30 tahun lalu," beber Iswar.

Menurut mantan Kepala DPU Kota Semarang ini, penurunan tanah di Kota Semarang tidak hanya karena pengambilan air tanah. Namun memang faktor lainnya masih sedang dalam proses penelitian. Nantinya hasil penelitian ini yang akan dijadikan acuan untuk mengantisipasi penurunan muka tanah.

"Misalnya  SPAM Semarang Barat untuk berikan air bersih di kawasan barat Kota Semarang. Beberapa daerah yang belum menggunakan PDAM bisa teraliri, kawasan industri pun sudah berkurang pengambilan air tanahnya," tuturnya.

Tidak hanya pihak Pemkot Semarang, Pemprov Jateng dan Pemerintah Pusat juga melakukan upaya agar wilayah pesisir ini tidak terus tenggelam. Upaya tersebut dengan adanya perda larangan pengambilan air tanah, serta dua proyek jalan tol, yaitu Tol Semarang-Demak yang sudah berjalan di sesi 2 dan juga ada tol pelabuhan atau harbour tol road yang memiliki fungsi sebagai tanggul.

"Juga akan dibangun dua kolam retensi di Tol Semarang-Demak selain pengendali banjir kita berharap kolam retensi yang luasnya kurang lebih 200 hektar bisa dijadikan cadangan air bersih," jelasnya.

Iswar menyebut, Kementerian PUPR sedang melakukan proses perhitungan yang diharapkan pada tahun ini bisa selesai. "Harbour tol road masih dalam kajian dari direktorat jenderal pembiayaan. Diharapkan tahun ini selesai soal nilai investasi," tandasnya.