Selain Covid-19, Waspadai Demam Berdarah Saat Masuk Musim Kemarau

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M. Abdul Hakam menyebutkan, ada ancaman lain memasuki musim kemarau.


Selain Covid-19, sejak awal Januari 2021 kasus demam berdarah di Kota Semarang angkanya fluktuatif.

"Dalam tiga bulan ini kita memang berjibaku dengan penyakit penyakit demam akut lain. Demam akut lain itu seperti demam berdarah, leptospirosis, dan TBC," kata Hakam kepada RMOL Jateng, Senin (9/8).

Selain Covid-19, Hakam menyebut penyakit demam berdarah juga membutuhkan perhatian khusus. "Januari ada 17 kasus, Februari 19 kasus, Maret 20 kasus, April 24 kasus, Mei 23 kasus, Juni 17 kasus dan Juli ada 8 kasus," jelasnya.

Meski jumlah penderitanya fluktuatif, jumlah tersebut, lanjut Hakam, mengalami penurunan dari tahun 2020 pada periode bulan yang sama.

"Dibandingkan tahun 2020, kasusnya menurun drastis. 2020 sejak Januari ada 25 kasus, Februari 60 kasus, Maret 71 kasus, April ada 56 kasus, Mei ada 32 kasus, Juni ada 22 kasus dan Juli ada 8 kasus," paparnya.

Penurunan kasus demam berdarah pada tahun ini karena ada langkah serius untuk menangani DB. Salah satunya yakni program Angka Bebas Jentik (ABJ).

"Setiap jumat itu, dari Pemerintah, TNI Polri, Kecamatan Kelurahan dan siswa ada yang namanya gerakan jumat bersih, dengan kegiatan ini diharapkan bisa mengurangi angka kasus DB di kota Semarang," tuturnya.

Hakam menyebut program ABJ ini dilakukan dengan cara membunuh jentik atau bakal nyamuk sebelum nantinya menjadi nyamuk. Cara ini dinilai lebih preventif karena membasmi dari pangkal masalahnya.

"Jadi bukan lagi fogging, kalau fogging kan sudah jadi nyamuk, masih tetap ada resiko terjangkit, tapi kalau kita basmi jentiknya, kan bearti tidak akan menjadi nyamuk, ini akan lebih efektif," tandasnya.