Sekilas Mengenal Sang Puteri Yang Naik Tahta

Banjarnegara - dr. Amalia Desiana, puteri dari mendiang Budhi Sarwano alias Wing Chin (eks Bupati Banjarnegara), menjadi tersohor usai menumbangkan telak lawanya, dr. Bugar Wijiseno dan Fahmi Umar Irawan pada Pilkada 2024 lalu.

Amalia bersama pasangan calon Wakilnya, Wakhid Jumali, Lc, resmi ditetapkan sebagai Bupati dan Wakil Bupati Banjarnegara terpilih periode 2024 - 2029 oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Banjarnegara, Kamis (09/01) lalu, dengan perolehan suara sebanyak 392.846 atau 77,62%. 

Seperti diketahui sebelumnya, Amalia pernah menjabat sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Banjarnegara selama dua periode yakni 2014 - 2019 dan 2019 - 2024 dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).

Pada masa pendaftaran bakal calon Bupati Banjarnegara, Amalia menyatakan keluar dari PDI-P sejak tahun 2024 lalu.

Setelah menekatkan diri mundur dari PDI-P, kini Amalia mengikuti perjalanan kakaknya, Lasmi Indraryani (eks Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) di Partai Demokrat.

Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat Kabupaten Banjarnegara, I Putu Dodi mengatakan bahwa Amalia resmi mulai masuk Demokrat sejak masa pencalonan Bupati Banjarnegara. Hal itu disampaikan kepada wartawan, melalui pesan singkat WhatsApp, Kamis (16/01).

Amalia akhirnya naik tahta menjadi Bupati Banjarnegara Terpilih, usai mengalahkan Bugar dan Fahmi dengan memperoleh suara sebanyak 392.846 atau 77,62%.

Pada masa pencalonanya, Amalia Desiana didukung oleh 7 partai politik di antaranya Demokrat, PKB, PAN, Gerindra, PKS, NasDem, dan PSI.

Kemenangan Amalia Desiana tidak hanya berarti baginya secara personal, namun juga mencetak sejarah baru bagi Kabupaten Banjarnegara. Ia adalah perempuan pertama yang menjadi pemimpin di Kabupaten tersebut.

Dalam masa kampanyenya, Amalia dinilai dapat menarik perhatian terhadap masyarakat luas dengan membawa slogan, Banjarnegara Maju dan Pilih Sing Anake Wing Chin (Pilih Anaknya Wing Chin).

Dari perjalanan sang putri terlihat bahwa meski terkadang perempuan harus menjadi wanita yang lembut, namun ada kalanya harus menjadi buas untuk mengalahkan lawan politiknya.