Sejarah Panjang Rokok Kretek Dikupas Tuntas di Museum Kretek Kudus

 Diskusi nilai sejarah kretek menghadirkan narasumber Direktur PT Nojorono Tobacco International Kudus, Arief Goenadibrata dan Budayawan Kudus, Prayitno.
Diskusi nilai sejarah kretek menghadirkan narasumber Direktur PT Nojorono Tobacco International Kudus, Arief Goenadibrata dan Budayawan Kudus, Prayitno.

Puluhan koleksi benda kuno terkait sejarah panjang rokok kretek di Museum Kretek Kudus, dilakukan kajian sebagai penguatan nilai-nilai sejarah yang terkandung didalamnya. Benda-benda kuno itu sebagai hasil hibah dari PT Nojorono Kudus kepada museum satu-satunya di Indonesia itu.


Selain kajian mendalam, juga dilakukan diskusi tentang  nilai sejarah kretek. Agenda ini menghadirkan narasumber Direktur PT Nojorono Tobacco International Kudus, Arief Goenadibrata dan Budayawan Kudus, Prayitno.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kudus, Mutrikah mengatakan, proses pengkajian koleksi benda kuno sebagai penguatan nilai sejarah yang ada didalamnya.

Apalagi dalam perkembangannya, kata Mutrikah, Museum Kretek saat ini menjadi salah satu sumber pengenalan kebudayaan kepada masyarakat.

”Dalam kajian ini, koleksi yang ada dicatat kembali. Baik secara deskriptif dan latar belakangnya. Sehingga bisa menghadirkan informasi yang lengkap, mudah dipahami, dan dapat mengedukasi," ujar Mutrikah, Selasa (11/6).

Sementara Budayawan Kudus Prayitno, menggarisbawahi terkait pentingnya informasi yang tersaji pada setiap koleksi benda kuno. Dalam proses pengkajian harus bisa membedah segala unsur informasi yang ada.

 “Sehingga ketika nanti koleksi tersebut di display, akan memiliki manfaat luas bagi masyarakat yang ingin mengetahui tentang sejarah panjang rokok kretek,” terangnya.

Ketika koleksi benda kuno menjadi konsumsi publik, imbuh Prayitno, perlu disertakan narasi yang berisi pengetahuan literasi koleksi di dalamnya.

Di lain pihak, Direktur PT Nojorono Tobacco International Arief Goenadibrata, menceritakan sejarah panjang Nojorono Kudus lintas masa yang tertuang dalam koleksi produk hingga alat yang telah dihibahkan kepada museum.

Arief memaparkan sejarah dari arti nama Nojorono dalam aksara yang diwakili makna cipta, karsa, rasa dan cahya. Cipta mengacu pada awal cerita pendiri dan para pendahulu membangun perusahaan.

“Karsa direpresentasikan dari alat  kerja, seperti meja giling dan timbangan yang berperan sebagai alat pendukung produksi, dan barang promosi sebagai media pendukung pemasaran,” terangnya.

Kemudian rasa adalah nilai-nilai dan prinsip warisan leluhur yang senantiasa mengiringi langkah visi dan misi Nojorono Kudus sebagai sebuah entitas bisnis, yang tak hanya berfokus pada keuntungan saja.

“Namun pentingnya menghembuskan "roso" dalam setiap karya yang dihasilkan,” tukasnya.

Sedangkan filosofi Cahya, lanjut Arief, diwakili melalui berbagai produk - produk yang dihasilkan dan banyak kegiatan sosial Nojorono sebagai kontribusi terhadap public.

“Salah satunya upaya pelestarian Caping Kalo melalui buku edukasi sejarah dan seni tari, yakni Tari Cahya Nojorono,” ungkapnya.

Sebagai informasi, pengkajian koleksi tentang sejarah sejarah kretek segera berlanjut dengan koleksi hibah dari PT Djarum dan PT Sukun. Selain itu, tiga pabrikan rokok kretek terdahulu yakni Pabrik Gunung Kedu, Pabrik Tebu dan Cengkeh dan Pabrik Jambu Bol.