Santri, Taj Yasin, dan SGN

Panglima Santri Gayeng Nusantara, Taj Yasin Maimoen, yang juga Wakil Gubernur Jateng. / RMOL Jateng
Panglima Santri Gayeng Nusantara, Taj Yasin Maimoen, yang juga Wakil Gubernur Jateng. / RMOL Jateng

Sejak resmi menjabat wakil gubernur Jawa Tengah, pada 5 September 2018 silam, Taj Yasin Maimoen, banyak berkutat di sektor yang mengurusi masalah keagamaan. Sepak terjangnya selama menjadi orang nomor dua di Jawa Tengah, banyak bersentuhan dan berkutat mengurusi kemaslahatan umat, utamanya tentang santri, ulama dan pondok pesantren. Dalam berbagai kesempatan, pria muda kelahiran 2 Juli 1983 ini, banyak bicara tentang perlunya meningkatkan kesejahteraan dan penguatan ekonomi umat, khususnya santri di pondok pesantren.


Pergulatannya bersama santri dan pondok pesantren, tidaklah mengherankan. Taj Yasin lahir dan dibesarkan dalam lingkungan pondok pesantren. Sebagai pewaris darah biru santri, salah satu putra mendiang ulama kharismatik, KH Maimoen Zubair dari Sarang, Rembang ini, tampaknya mendapat ‘’tugas khusus’’ untuk mengurusi beragam hal yang terkait dengan santri dan pondok pesantren itu.

Pemilihan dirinya untuk dipasangkan dengan Ganjar Pranowo dalam Pilkada Jateng 2018 silam, adalah simbol dari bersatunya Islam dan Nasionalis,  berkoalisinya Santri dan Abangan – merujuk istilah Clifford Geertz. Personifikasi Islam dan santri mengkristalisasi dalam diri Taj Yasin, yang diharapkan dapat mendulang suara signifikan umat Islam di provinsi yang sejak lama dikenal sebagai kandang banteng. Nyatanya, upaya meramu dan memadukan simbol Islam-Santri dengan Nasionalis-Abangan itu pun menuai sukses: pasangan Taj Yasin-Ganjar Pranowo memenangi pertarungan demokrasi lima tahunan tersebut.

Dari sosok anak muda yang tak terlalu dikenal, mantan anggota DPRD Provinsi Jateng dari PPP ini, kini dikenal luas publik. Penampilannya yang kalem, membuat Taj Yasin tidak terlampau tampil dominan seperti Ganjar, yang menjadi orang pertama di Jateng. Namun, di balik sikapnya yang low profile, pria yang pernah menjadi Pengurus Pelajar Islam Damaskus, Suriah ini, bisa jadi menyimpan potensi yang tak terduga.

Yasin serius menggarap Perda Pondok Pesantren menindaklanjuti Perpres Nomor 82 Tahun 2021 Tentang Pendanaan Penyelenggaraan Pesantren tersebut ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada 2 September 2021 lalu. Penyusunan Perpres tersebut dilakukan oleh Kementerian Agama melibatkan berbagai pihak dan stakeholders pesantren.

Dia pun membesut organisasi santri yang kini merambah hingga ke desa-desa. Santri Gayeng Nusantara (SGN) besutan Taj Yasin, embrionya bermula dari Pilkada Jateng 2018, yang menjadi ‘’tim sukses’’ dan mengawal proses kemenangan Yasin menuju kursi wakil gubernur.

‘’Saat Gus Yasin sudah terpilih jadi wakil gubernur, semangat anak-anak muda ini masih menyala-nyala, sayang jika dibiarkan begitu saja, makanya kemudian terus eksis hingga kini,’’ kata Zamroni, Ketua Bidang Media SGN.

Minat masyarakat untuk bergabung dengan organisasi Santri Gayeng Nusantara (SGN) besutan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, sangat tinggi. Hal itu terbukti dengan kepengurusan definitif hingga tingkat desa.

Ketua SGN Jawa Tengah, KH. M. Chamzah Hasan dalam pertemuan SGN Jawa Tengah bagian selatan yang dihadiri 9 Kabupaten di Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin Banjarnegara, Kamis (7/10/2021) lalu, juga menepis tudingan bahwa SGN memiliki afiliasi politik dengan partai tertentu.

‘’Kami tidak berafiliasi dengan partai politik mana pun. Kami ingin menata organisasi dengan rapi, namun responnya cukup tinggi ternyata. Bahkan ada yang mengusulkan Gus Yasin maju sebagai gubernur,” kata Gus Chamzah, sapaan akrab, KH. M. Chamzah Hasan.

Gus Chamzah menambahkan, meskipun belum sepenuhnya solid, tetapi organisasi ini telah menjangkau hingga desa-desa dan aktif menggelar pertemuan. Pertemuan tersebut diantaranya pengajian rutin serta kegiatan bakti sosial.

“Mulai sunatan massal, donor darah, berbagi sembako, pelatihan kewirausahaan dan banyak lagi yang lain. Ini tujuan kita, gerakan sosial kemanusiaan, bukan gerakan politik,” kata Pengurus Lembaga Wakaf PBNU ini.

Sekretaris SGN Kabupaten Temanggung, Nur Ahsan, mengatakan aktifnya SGN menunjukkan dukungan yang besar terhadap Taj Yasin sebagai negarawan. Menurutnya, Taj Yasin dinilai sosok yang tepat untuk menjadi punggawa bagi gerakan sosial, keagamaan dan pengembangan wirausaha.

“Soal Gus Yasin dan pandangan politiknya itu silakan, tetapi sebagai santri kami nderek nyengkuyung (mendukung) program sosial kemanusiaan sebagaimana tujuan SGN itu ada. SGN bukan kelompok politik yang setelah pesta demokrasi lalu bubar. Ini kepentingannya jangka panjang,” ungkap pria yang pengurus Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) ini.

Ketua SGN Banjarnegara, KH. Hakim Annaisabury menambahkan, kepengurusan organisasi yang ia pimpin telah rutin menggelar pertemuan dan gerakan sosial. Bahkan setiap Senin mengadakan pengajian Yasin Fadhillah. Gerakan lainnya dilakukan melalui vaksinasi, donor plasma konvalesen, bagi sembako hingga pelatihan wirausaha.

“SGN sering diidentikkan dengan alumni Sarang (PP Al Anwar Sarang, Rembang), untuk itu disini kami bentuk kepengurusan dari berbagai pesantren agar tidak selalu identik dan perkembangannya menjadi lebih mudah. Alhamdulillah ini sudah jalan dan berhasil baik,” tandasnya.

Secara resmi, SGN telah hadir secara definitif di lima kabupaten/kota, yakni Kabupaten Pemalang, Kabupaten Pekalongan, serta Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Kabupaten Brebes. Taj Yasin mengatakan, SGN berasaskan Ahlussunnah wal Jama'ah.

‘’Bermula dari Santri Gayeng saat Pilgub 2018. Usai Pilgub, awalnya mau dibikin jadi Santri Gayeng Nasional, tapi terbentur izin di Kemenkum HAM. Kalau nasional, harus punya struktur kepengurusan di 34 provinsi. Kami gak siap. Sehingga kita pakai nusantara,’’ kata Yasin, saat melantik pengurus SGN Kabupaten Tegal, Kota Tegal dan Kabupaten Brebes.

Gus Yasin mengatakan, anggota SGN bukan hanya melulu alumni Ponpes Al Anwar Sarang Rembang, namun juga santri dari ponpes lain. Ada pula di Boyolali, anggotanya anak SMA, SMK dan mahasiswa. Di Pekalongan, ada anggotanya dokter kepala Puskesmas. Yasin menegaskan sekali lagi, jika SGN bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan.

Dia pun mengawal SGN dengan berbagai pelatihan dan sertifikasi, seperti pelatihan dan sertifikasi halal untuk rumah potong hewan dan sertifikasi wisata kuliner halal. Bahkan, SGN disiapkan menjadi relawan yang siap terjun membantu penanganan bencana di Jateng, bekerjasama dengan BPBD provinsi dan kabupaten/kota.  

SGN, praktis menjadi organisasi yang memberi pencitraan positif bagi sosok Taj Yasin. Bukan tidak mungkin, siap berkontribusi menjadi ‘’kendaraan politik’’ bagi Yasin untuk maju dalam pertarungan demokrasi Pilgub 2023 mendatang.  Waktunya tinggal dua tahun lagi, dan Yasin tampaknya sudah memanaskan mesin politiknya sejak dini.  Peta politik dalam Pilgub 2023 tampaknya bakal menjadi menarik, setelah ditinggalkan Ganjar. Mampukah, Taj Yasin memikat hati Megawati Soekarnoputri untuk mendapat tiket Jateng-1 di kandang banteng? Atau harus puas hanya menjadi Jateng-2? Ini yang harus dikalkulasi betul oleh Yasin. Peta politik mendatang pasti sangat dinamis, kini tinggal strategi piawai Yasin bermain cantik dan merebut hati kaum nasionalis untuk kembali bersanding dengan santri di Jawa Tengah.