Sanggar Greget Semarang menggelar pertunjukkan tari bertajuk “Tanda Tresno” yang diadakan di Pendopo Ageng Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) Surakarta.
- Sambut Megengan 2025: Tatik Soelistijani Ketua Tiara Kusuma Berharap Tata Rias Jawa Tetap Dilestarikan
- Berharap Turun Hujan, Warga Blora Gelar Salat Istisqa
- Warga Grobogan Sulit Dikendalikan, Saat Berebut 'Gunungan' di Punden Mbah Gunting
Baca Juga
Pengasuh Sanggar Greget Semarang, Yoyok Bambang Priyambodo mengatakan, 30 tahun berproses dan bertahan baginya memang tidak mudah.
Namun semangat terus dijaga bahkan diwariskan kepada generasi muda. Hal inilah yang menjadi bukti keteguhan dalam berkarya adalah wujud bakti seorang seniman terhadap bangsa melalui seni.
"Terlepas dari berbakti atau tidak, kita berbuat misalkan disebut berbakti kepada Nusa dan Bangsa lewat kesenian, mungkin bisa seperti itu. Kalau Greget berpikir, yang penting bisa memberi edukasi (seni tari) ke anak-anak, mereka bisa belajar, tampil, dan menyajikan sesuatu. Syukur bisa kolaborasi dengan kelompok lain dari luar, bahkan dari luar negeri, dan menciptakan ajang silaturahmi yang baru, itu maksud kami," kata Yoyok, Minggu (24/4).
Selain Sanggar Greget Semarang, pihaknya juga mengajak empat sanggar lainnya, yakni Sanggar Setyo Langen Budoyo dari Wonosobo, Sanggar Acharya Budaya dari Blitar, Sanggar Wahyu Tri Doyo Banyumas, dan Sanggar Shinta Semarang.
Keempat sanggar tersebut, tampil menyajikan karya-karya Sanggar Greget sebagai bentuk penghormatan.
Ia menyebut dengan perhelatan tersebut yang didukung TBJT adalah sebagai bentuk Tanda Tresno antar sanggar tari. Bagi dia, wujud Tresno, bukan hanya cinta, namun juga sikap saling menghormati. Untuk itu, Yoyok ingin agar ajang silaturahmi antar sanggar dapat terus terjaga dengan harmonis dan saling membangun.
"Ini sebagai Tanda Tresno mereka (sanggar lain) kepada Greget. Sehingga mereka mau nyengkuyung bareng, kita berbuat bersama dengan sikap saling menghormati," bebernya.
Lebih lanjut, Yoyok berharap agar sanggar-sanggar tari lain dapat berkembang lebih baik lagi. Selain semangat, kemauan untuk terus belajar menjadi salah satu kewajiban yang harus dipenuhi.
"Perlu untuk terus belajar. Terus memproduksi karya baru, bertemu dengan orang-orang baru, menjalin silaturahmi dengan kantong-kantong budaya. Menurut saya itu harus dilakukan dengan penuh kesabaran, dan passion," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Sanggar Wahyu Tri Doyo, Dwi Pamungkas menyampaikan, apresiasi terhadap Sanggar Greget yang memang sudah lama berkiprah. Ia bahkan menyebut Sanggar Greget adalah panutan untuk terus bergerak dan mengembangkan kesenian tari kepada generasi muda.
"Bagi saya, Sanggar Greget itu acuan untuk terus berkarya. Melihatnya (Greget) terus memproduksi karya, memacu saya untuk dapat berbuat hal yang sama," ujarnya.