Puluhan anggota Komunitas Gowes Katahati mengayuh sepedanya dengan penuh semangat. Peluh yang mengucur di sekujur tubuh di Minggu (7/11/2021) pagi itu, kian deras mengalir, saat jalan menanjak menuju kompleks pemakaman terbesar di Kota Semarang, Bergota.
- Komunitas Gowes Katahati Peduli dan Berbagi untuk Korban Banjir Perum Arion Mas
- Meriahnya Gobar 1 Tahun Katahati, Diramaikan 11 Komunitas Gowes dari Semarang dan Demak
- 200 Pesepeda Gobar Napak Tilas Sejarah Pertempuran Lima Hari Semarang
Baca Juga
Minggu pagi itu, para goweser punya hajat penting: ziarah ke makam salah satu pahlawan yang berjasa menyebarkan berita proklamasi kemerdekaan RI, Soegiarin. Menempuh perjalanan sejauh 13 km, para pehobi sepeda asal Pucanggading itu, tak sampai 30 menit tiba di Simpang Lima. Di sana, sudah menunggu rekan-rekan goweser dari Komunitas Photocycling, untuk berziarah bareng menyambut Hari Pahlawan 10 November.
Makam Soegiarin terletak di kawasan gunung brintik, yang dikenal merupakan kompleks makam kuno, tempat para leluhur Kota Semarang dimakamkan. Sekitar 30 goweser dari Katahati dan Komunitas Photocycling, melakukan aksi bersih-bersih makam Soegiarin dan keluarganya, tabur bunga dan doa bersama.
Tak lama kemudian, datang menyusul Soegiarno, adik kandung Soegiarin. Pria sepuh berusia 93 tahun itu, masih tampak sehat di usia senjanya. Dengan tongkat, berjalan tertatih-tatih, dia diantar anak dan cucunya.
Soegiarno menuturkan, malam sebelum proklamasi kemerdekaan, kakaknya Soegiarin diperintahkan oleh pimpinannya yakni Adam Malik (wapres kedua RI) untuk menyelinap di kantor Domei, dan menyiarkan proklamasi kemerdekaan menggunakan mesin morse.
"Kakak saya ini diperintah untuk menyelinap dan bersembunyi di kantor Domei yang saat itu dijaga ketat kempetai (polisi militer Jepang). Dari tempat persembunyiannya itu, dia menyiarkan kemerdekaan ke seluruh dunia. Kita patut berbangga, karena kakak saya yang orang Jawa Tengah berhasil menyiarkan kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia," ujar Soegiarno.
Tanpa kegigihan dan keberanian Soegiarin, proklamasi kemerdekaan RI tak akan mungkin diketahui oleh dunia internasional dan PBB.
"Sekarang Soegiarin telah menjadi abu, tapi api semangat dan heroismenya dalam menyebarkan berita kemerdekaan RI patut diteladani dan dicontoh oleh generasi penerus bangsa ini," ungkapnya.
Pahlawan kelahiran Grobogan, Jawa Tengah pada 13 Juli 1918 itu merupakan seorang jurnalis Kantor Berita Domei (sekarang menjadi Lembaga Kantor Berita Antara) dengan kemampuan sebagai markonis atau penyiar berita morse.
Alumni sekolah pelayaran di Surabaya itu, meninggal di Jakarta 2 November 1987. Jasadnya dimakamkan di Pemakaman Bergota, Semarang sesuai dengan wasiatnya.
Ketua Komunitas Gowes Katahati, Wahyudin mengatakan, kegiatan gowes yang dilakukan Katahati tidak hanya berupa gowes belaka, tapi selalu diisi kegiatan bermanfaat bagi lingkungan sekitar.
Kegiatan Katahati selalu bersifat tematik, seperti gowes kemerdekaan 17 Agustus, gowes Hari Kartini, Hari Ibu, Hari Kesaktian Pancasila, dan kali ini Hari Pahlawan. Dalam kegiatan itu, kata dia, selalu diisi dengan acara bakti sosial, seperti pemberian sembako, pembagian masker gratis dll.
Menyambut Hari Pahlawan, bakti sosial digelar dengan pembagian 30 paket sembako kepada warga yang membutuhkan, di sekitar Pucanggading.
"Melalui kegiatan ini, anggota kami jadi tahu sejarah perjuangan para pendahulu dan pendiri bangsa ini, termasuk tentang Soegiarin yang tidak semua masyarakat mengenalnya," ujar Wahyudin, sembari memberi bingkisan sembako dan uang tunai kepada Soegiarno.
Soegiarno berterima kasih kepada semua pihak yang menghormati dan menghargai perjuangan pahlawan, termasuk sang kakak. "Saya terima kasih sekali atas perhatian ini. Saya tahu, hati adik-adik semua bersih dan semoga diberkahi Allah SWT, diberi kelancaran rezeki dan dimudahkan semua urusannya," ujar Soegiarno.
Soegiarno juga berpesan pada generasi penerus bangsa untuk terus menjaga persatuan. Menurutnya, negara yang hebat bukan negara yang ekonomi atau senjatanya kuat, namun negara yang hebat adalah negara yang seluruh rakyatnya bersatu.
“Yang penting itu persatuan. Untung sekali negara kita masih tercengkram Pancasila, jadi semua bersatu. Hanya Pancasila, nggak ada yang lain. Semoga kita semua diberi kesehatan untuk menyaksikan kejayaan bangsa ini,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Komunitas Photocycling, Chandra Adi Nugroho mengatakan, sosok Soegiarin selama ini tak banyak dikenal publik.
Namun peran Soegiarin bagi kemerdekaan Indonesia sangat besar. Di buku sejarah, nama Soegiarin tercatat sebagai salah satu pihak yang memiliki peranan penting.
Foto diri Soegiarin (kanan)/YouTube Ganjar Pranowo
“Namun banyak orang yang belum tahu kisah perjuangannya, kondisi makamnya saja seperti ini, sangat sederhana. Semoga ada perhatian dari Pemerintah terhadap Soegiarin dan keluarganya," ujar Chandra.
- Komunitas Gowes Katahati Peduli dan Berbagi untuk Korban Banjir Perum Arion Mas
- Meriahnya Gobar 1 Tahun Katahati, Diramaikan 11 Komunitas Gowes dari Semarang dan Demak
- 200 Pesepeda Gobar Napak Tilas Sejarah Pertempuran Lima Hari Semarang