Saat Seniman dan Budayawan Menggantungkan Asa pada Capres-Cawapres

Penampilan penyair Semarang dalam diskusi politik kebudayaan di Rumah Pejuang Perubahan di jalan Citarum Semarang. Umar Dhani/Dok.RMOLJateng
Penampilan penyair Semarang dalam diskusi politik kebudayaan di Rumah Pejuang Perubahan di jalan Citarum Semarang. Umar Dhani/Dok.RMOLJateng

Wahai penguasa yang menyembah uang 

Pemimpin negara cuma alas kaki oligarki 

Pemimpin partai cuma alas kaki oligarki

Wahai penguasa yang makan bangkai petani 

Mata kalian melek tapi telah buta 

Telinga kalian masih bolong tapi telah tuli

Hati kalian masih tapi telah mati

Begitulah cuplikan Penyair senior kota Semarang Basa Basuki yang membacakan puisinya di depan relawan AMIN yang menghadiri Rembug Malam Reboan yang berlangsung di Rumah Pejuang Perubahan di jalan Citarum Semarang, Rabu (31/1) malam.

Kegelisahan para seniman dan budayawan menggantungkan harapan kepada calon presiden dan wakil presiden Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) tertuang dalam diskusi rumah Pejuang Perubahan edisi kali ini menggelar diskusi politik kebudayaan.

Koordinator Rumah Pejuang Perubahan Sapto Widodo mengatakan acara yang berlangsung merupakan acara tim relawan pendukung pasangan calon presiden Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) dengan tema seni dan budaya.

Menurut Sapto dengan tagline  menuju 'Indonesia Adil dan Makmur Untuk Semua', para seniman dan budayawan yang hadir dengan suasana lesehan menghadirkan dewan pakar tim AMIN, Afnan Malay dari Jakarta.

"Pada dasarnya ini agenda rutin malam Reboan yang diisi dengan aktifitas, diskusi dan koordinasi, bagaimana pendapat, keinginan , teman-teman pelaku seni, budayawan, penyair, sastrawan, itu membedah dan memberikan masukan, gagasan, harapannya bisa tersampaikan ke calon presiden " kata Sapto.

Dia menjelaskan, karena tema kebudayaan belum banyak yang jadi wacana dalam pilpres kali ini, hampir tidak ada yang mengangkat tema ini , maka rumah Pejuang Perubahan edisi kali ini menggelar diskusi politik kebudayaan.

"Hanya kemasan kali ini tidak diskusi saja, tapi juga performance art dari seniman dan budayawan di kota Semarang" kata Sapto.

Tema kebudayaan, ujar Sapto, harus menjadi perhatian para capres, karena dengan kebudayaan harus jadi jatidiri. Di saat yang sama, kebudayaan juga menjadi alat diplomasi.

"Sebagaimana disampaikan pak Anies dalam debat, bahwa konsep  kebudayaan bisa menjadi diplomasi  yang harus dikembangkan, akan membangun pusat-pusat kebudayaan se Indonesia, dan luar negeri" kata Sapto.

Selain itu, ungkap Sapto, capres Anies sudah berpengalaman menjadi menteri pendidikan dan kebudayaan, di saat ini, secara riil, pak Anies menjadi pembina Dalang di Indonesia. 

Ada beberapa penyair, monolog dan baca puisi, serta nyanyian-nyanyian yang isinya kritik atas situasi saat ini.

Chairina Ulfah, salah satu peserta diskusi dari partai Nasdem mengapresiasi acara yang digelar oleh relawan AMIN dari rumah Pejuang Perubahan.

Menurut Chairina acara yang digelar dinilai bagus, karena mendengar langsung apa keinginan dan harapan dari para seniman dan budayawan secara langsung untuk capres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.

"Pak Anies adalah sosok yang peduli dengan seniman dan budayawan , beliau apresiasi banget kesenian khususnya kesenian daerah, karena seperti ini pernah digelar di Yogyakarta, " kata Chairina yang juga caleg DPRD kota Semarang Dapil 5.

Dia berharap bila Anies Baswedan menjadi Presiden dan Muhaimin menjadi Wakil Presiden, tentunya kami berharap, Indonesia akan semakin makmur dan para seniman dan budayawan terus berkembang berkat adanya perhatian dari presiden terpilih.