Tingkat utang yang semakin meningkat tinggi akibat kebijakan akomodatif dalam menghadapi pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir telah berdampak terhadap terbatasnya ruang fiskal di banyak negara.
- Semen Gresik Rayakan HUT ke-8 : Momentum Memberikan yang Terbaik
- Merpati Berpeluang Terbang November
- Beras di Grobogan Alami Kenaikan Signifikan
Baca Juga
Kepala Divisi Substansi Task Force G20, Departemen Internasional Bank Indonesia, Diah Esti Handayani mengatakan, hal tersebut merupakan salah satu hasil dari pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral dalam presidensi G20 Indonesia pada Februari 2022 lalu.
Secara umum pertemuan berjalan dengan baik dan dapat mencapai target yang diharapkan.
“Pertumbuhan ekonomi global berlanjut namun melambat,” terang Diah, di sela-sela kegiatan capacity building di Hotel Alila Solo, belum lama ini.
Menurut dia, ada beberapa risiko seperti risiko inflasi akibat gangguan rantai pasok dan peningkatan harga energi, serta kondisi geopolitik.
Meski begitu, beberapa negara G20 telah dan mulai melakukan normalisasi kebijakan secara bertahap dan hati-hati.
“Presidensi G20 dijabat oleh Indonesia di tengah pandemi menjadi sarana untuk mendapatkan persepsi baik atau resiliensi ekonomi Indonesia terhadap krisis,” kata dia.
Selain itu, lanjut dia, merupakan bentuk pengakuan atas status Indonesia sebagi salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia, yang dapat mempresentasikan negara berkembang lainnya.
“Pentingnya mengatasi dampak panjang khususnya sektor keuangan serta menjaga resiliensi sektor keuangan dan risiko dari digitalisasi,” kata dia.
- BAZNAS dan BI Solo Luncurkan Gerakan Solo Berzakat dengan QRIS
- Ketua DPRD Salatiga : UMKM Salatiga Dibantu Permodalan Hingga Rp20 Juta
- Kegigihan Bea Cukai Berantas Rokok Ilegal Dipuji DPR