Sejarah terjadinya pertempuran lima hari di Semarang diperingati dengan upacara peringatan dan pertunjukan teatrikal mengenang peristiwa itu. Acara dipusatkan di Kawasan Tugu Muda Semarang, Senin (14/10) malam. Ribuan warga hadir menonton rangkaian acara ini.
Para pejuang dan masyarakat Kota Semarang dalam teatrikal dipentaskan, dulu berjuang memperebutkan beberapa obyek vital dari tangan penjajah Jepang. Setiap tahun diadakan peringatan seperti ini demi mengenang perjuangan pertempuran bersejarah yang pernah terjadi ini.
Di dalam teatrikal, suasana ngeri dan mencekam zaman penjajahan terasa saat para pejuang bertempur melawan penjajah. Bunyi dentuman meriam terdengar berkali-kali. Kemudian, tiba-tiba suasana berubah sunyi, lampu kota di Kawasan Tugu Muda padam dan menjadi gelap gulita, masyarakat penonton pun diam larut haru mengenang malam pertempuran ratusan tahun lalu.
Pertempuran di Kota Semarang digambarkan saat itu semakin tambah memuncak ketika warga mendengar kabar dokter Kariadi meninggal dibunuh pasukan penjajah. Perang terjadi dalam waktu lima hari, dan dikenang dengan sebutan pertempuran lima hari di Semarang.
Setelah terjadinya pertempuran selama lima hari, Semarang akhirnya kembali ke tangan warga, masyarakat gembira dan merayakan suka cita kemenangan pertempuran, ditandai pesta kembang api.
Sekda Provinsi Jawa Tengah Sumarno sebagai inspektur upacara mengatakan, rangkaian acara Peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang ditujukan mengenang jasa-jasa dan arwah para pejuang dan warga Semarang gugur untuk mempertahankan Kemerdekaan.
"Pertempuran Lima Hari di Semarang terjadi 15 Oktober 1945. Tentara penjajah mencoba merebut kembali wilayah Semarang namun mendapatkan perlawanan sengit dari para pejuang dan penjajah. Semoga, peringatan menjadi pembelajaran masyarakat bersatu dan berjuang dalam berbagai aspek kehidupan," terang Sumarno.
Sumarno juga mengajak masyarakat Kota Semarang menjadikan sejarah bangsa itu senantiasa dikenang sekaligus diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tentang makna bersatu dan rela berjuang demi kebaikan bersama.
"Kita harus banyak belajar dari para pahlawan, tak sekedar pengorbanan. Namun, di era modern, implementasi semangat perjuangan itu bisa diwujudkan dengan hidup damai dan rukun antar masyarakat," ucap Sumarno sekaligus ajak masyarakat Kota Semarang memaknai peristiwa itu.
- Agustina Wilujeng ‘Ajangsana’ ke Para Mantan Wali Kota
- Wali Kota Semarang : Yok Bayar Pajak Mulai Tanggal 8 April Sampai 30 Juni 2025
- Wali Kota Semarang Lepas Ribuan Pemudik Arus Balik Naik Kapal Perang KRI Banjarmasin