Sejumlah 6.000 anak di Kabupaten Batang mengalami stunting. Jumlah itu setara 15 persen dari jumlah anak di kabupaten ini
- Menteri BKKBN Serahkan Sertifikat Elsimil di Batang
- Kolaborasi Entaskan Stunting dan Kemiskinan di NTT Melalui Inovasi Program Konsorsium Perguruan Tinggi
- 3.290 Bidan Dipastikan Berkompeten Pasang KB IUD dan Implan
Baca Juga
"Salah satu permasalahannya adalah kemiskinan. Dan hal ini dialami hampir seluruh daerah di Indonesia," kata Bupati Batang Wihaji, Kamis (21/10).
Satu hal yang jadi perhatian untuk pengentasan stunting adalah penyediaan air bersih dan jambanisasi. Untuk itu, pihak pemkab Batang juga menggandeng pihak swasta untuk memenuhi keduanya.
Fokus penyediaan air bersih serta jambanisasi ada di 25 desa yang tersebar di delapan kecamatan. Pihak pemerintah juga menyediakan anggaran untuk penyediaan air bersih, pemugaran rumah tidak layak huni (RTLH) dan program makanaan tambah untuk bu hamil dan anak sekolah.
"Saya ingin tahun 2022 Pemkab Batang harus mampu menurunkan angka bayi lahir stunting semaksimal mungkin," jelasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Batang dr Didiet Wisnuhardanto menambahkan anggaran penanganan stunting di Batang sudah ada sejak 2020. Anggaran masuk dalam dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan).
"Kami tidak hanya fokus di jambanisasi tapi juga masa kemahamilan dengan memberikan bantuan makanan tambahan," katanya.
Data Dinas Kesehatan menyenut angka stunting di Kabupaten Batang setiap tahunnya ada penurunan. Rinciannya16 persen di Februari 2020 turun menjadi 15 persen atau 6.058 anak di tahun ini.
Ia menargetkan tahun 2024 angka stunting turun menjadi 12 persen.
- Dinparta Demak Dukung Program Cegah Stunting Desa Dempet
- Menteri BKKBN Serahkan Sertifikat Elsimil di Batang
- Ini Program Penanganan Stunting Pemkot Semarang