Ratusan Ribu Warga Grobogan Hidup Di Bawah Garis Kemiskinan 

Kepala BPS Grobogan Anang Sarwoto. Dokumentasi Rubadi/RMOLJateng
Kepala BPS Grobogan Anang Sarwoto. Dokumentasi Rubadi/RMOLJateng

Ratusan ribu warga Grobogan Jawa Tengah masih hidup di bawah garis kemiskinan. Badan Pusat Statistik (BPS) Grobogan mendata di tahun 2023 jumlah warga Grobogan yang hidup di bawah garis kemiskinan sebanyak 11.72%. 


Angka tersebut sudah alami penurunan dibandingkan tahun 2022. Kemiskinan warga Grobogan di tahun 2022 mencapai 11.80%. Dibandingkan data statistik Jawa Tengah sebesar 10.77%, data kemiskinan Grobogan relatif lebih tinggi. 

Data tersebut selalu mengalami fluktuasi namun dalam kurun waktu 2022 hingga 2023 kemiskinan di Grobogan alami penurunan sebanyak 0.08%, atau 600 warga.

Kepala BPS Grobogan, Anang Sarwoto memaparkan total warga miskin yang ada di Grobogan sebanyak 162.520 warga.

Dalam menentukan garis kemiskinan, ada dua unsur penentu kemiskinan. Pertama unsur pendapatan dan kedua pengeluaran. Hal itu diukur dengan pendapatan perkapita sebesar Rp464.614 per bulan.

"Bila pendapatan di bawah Rp464.614 perkapita per bulannya dianggap miskin. Bila di atasnya tidak termasuk miskin," ucapnya, Kamis (18/04) siang. 

Dijelaskannya, pendapatan seseorang diangka Rp500.000 per kepala tidak masuk kategori miskin namun hampir miskin. 

"Jika satu keluarga berpenghasilan UMR, namun digunakan menghidupi lima orang maka dapat dikategorikan miskin, karena jumlahnya kurang dari perkapita," imbuhnya.

Menurut Anang, pola hidup konsumtif dengan minimnya pendapatan menyebabkan angka kemiskinan di Kabupaten Grobogan selalu diangka 10% hingga 11% setiap tahunnya. 

"Kemiskinan terendah di Jawa Tengah berada di Kota Semarang, karena pendapatan di Semarang cukup tinggi,"  tutupnya.