Warga Desa Loireng, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, menggelar tanam 1000 bibit pohon di lingkungan sebagai upaya menumbuhan kembali tanaman yang rusak akibat penurunan tanah, Rabu (18/8).
- Karena Pandemi, Banyak Objek Pajak Ajukan Keberatan Pembayaran PBB
- Pemprov Gandeng USAID Upayakan Kebutuhan Air Minum Aman Konsumsi
- Polres Tegal Kota Ajak IWO Tegal Raya Jaga Kondusifitas Wilayah
Baca Juga
Aksi tanam 1000 bibit pohon ini, digelar sebagai upaya pencegahan abrasi dan penurunan tanah yang kian mengkhawatirkan.
Kepala Desa Loireng, Nurkaririn mengatakan, ada sekitar 200 hektare areal pesawahan yang hingga kini beralihfungsi menjadi tambak.
"Sejak tahun 2013 lalu, Desa Loireng menjadi desa terdampak abrasi di wilayah pesisir demak. Desa ini juga secara geografis jauh dari lautan, namun kondisi tanahnya sangat rendah, seperti desa desa lain di Kecamatan Sayung," ujar Nurkaririn.
Desa Loireng merupakan desa di Kecamatan Sayung yang jauh dari lautan, yakni sekitar 10 kilometer. Selain itu geografis wilayah desa tersebut juga terhalang jalan raya Pantura Semarang-Kudus, dan sebaliknya.
"Ketika permukaan air laut sudah mulai meninggi ini, memang kecenderungannya itu air laut masuk ke Loireng ini tidak terbendung. Sejak tahun 2013 sudah masuk di wilayah kita. Jadi kita lihat bersama kondisi persawahan di Loireng ini sudah menjadi pertambakan. Sekitar 200 hektare sawah (yang alihfungsi menjadi pertambakan)," jelas Nur Karirin saat melakukan penanaman 1000 pohon di desanya.
Selain itu, ia mengatakan dampak air asin yang masuk ke wilayahnya tersebut juga membuat sejumlah tanaman besar mati dan cepat merusak infrastruktur jalan.
Ia menyebut pembangunan tol Semarang-Demak yang difungsikan sebagai tanggul laut merupakan keniscayaan bagaimana air laut masuk ke wilayahnya.
"Ini masalah krusial yang memang menjadi persoalan utama kita, kita meninggikan jalan tapi kalau tidak dibarengi dengan dukungan pemerintah terkait bagaimana air rob tidak akan masuk, itu juga akan susah. Tanggul laut itu suatu keniscayaan, itu memang harus segera dibangun dan segera diwujudkan," harapnya.
Selain itu ia juga menyebut, gorong-gorong di Sungai Siphon tidak bisa maksimal fungsinya sebagai pembuangan air. Ia menyebut gorong gorong tersebut kondisinya tertutup sedimentasi dan hanya berfungsi sekitar 25 persen.
"Air (rob) masuk karena di situ ada salah satu gorong-gorong Siphon yang memang menjadi satu-satunya andalan kita, bagaimana mengeluarkan air, dari wilayah Desa Loireng. Ketika itu tidak bisa ditangani dengan baik, yang kondisinya saat ini memang cenderung tertutup sedimen. Kemarin dari laporan dari Wika itu memang hanya sekitar mungkin 25 persen kapasitas dari gorong gorong sungai siphon yang ada itu sudah tertutup lumpur," pungkasnya.