Rajiman Tetap Setia Meski Kebisingan Terompet Meredup

Rajiman perajin terompet dukuh Candi desa Cemani kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. RMOL Jateng
Rajiman perajin terompet dukuh Candi desa Cemani kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. RMOL Jateng

Terompet menjadi ciri khas perayaan momentum pergantian tahun. Menjelang akhir bulan Desember di setiap sudut kota berderet penjaja terompet aneka warna. Namun semenjak pandemi, penjaja terompet mulai meredup.


Seperti menjelang Tahun Baru 2024, perajin maupun penjual terompet banyak gulung tikar, hanya beberapa perajin mampu bertahan. Salah satunya Rajiman, perajin terompet asal Dukuh Candi RT 1/RW 11 Desa Cemani, Kecamatan Grogol, Sukoharjo.

"Semakin tahun pesanan terompet semakin berkurang. Seperti pada tahun ini saja, ia hanya membuat 1.000 an terompet, berkurang banyak, tapi saya tetep membuat," ungkap Rajiman ditemui saat menata dagangan di rumahnya, Jumat (29/12).

Rajiman mengatakan, terompet berjaya saat tahun 1995 bersama banyak warga di Cemani ramai-ramai menjadi perajin terompet. Hampir seluruh hotel dan pembuat acara memesan terompet sampai ia kewalahan membuatnya. 

"Puncaknya saat Pak Harto (Pesiden Soeharto) menjelang akhir masa jabatannya, saya ingat waktu itu terompetnya dilukis pakai cat, lebih rumit tapi biaya lebih murah dan banyak disukai," kenang Rajiman.

Saat Rajiman muda, ia bahkan sampai berkeliling menjajakan terompetnya sampai luar kota seperti Sragen, Karanganyar, Klaten, dan lainnya. Dan tidak hanya saat menjelang tahun baru, bulan biasapun laku.

Hingga masuk pandemi kebisingan terompet dikatakan meredup. Meskipun begitu, Rajiman dan sejumlah warga masih setia membuat dan menjual terompet.

Selain sepi pesanan, bahan-bahan untuk membuat khususnya kertas emas harganya juga naik. Sehingga, jika tak laku, kertas-kertas sudah tertempel ia lepas dan disimpan untuk tahun berikutnya.

Untuk harga, dari perajin mulai Rp5000 untuk terompet biasa harga kulakan, untuk terompet spesial bisa lebih mahal. Sampai di pasaran harga bisa 2-3 kali lipat tergantung lokasi jual. 

Rajiman mengaku di masa tuanya masih semangat membuat terompet sesuai keahliannya. Dia bersama istrinya juga membuka lapak minuman dan makanan untuk menyambung hidup karena tidak bisa hanya mengandalkan berjualan terompet.