Prolanis yang Selalu Teringat Manis…

Pelayanan di Kantor BPJS Kesehatan Cabang Semarang, di masa pandemi dilakukan secara terbatas, karena layanan kepada peserta JKN KIS dilakukan secara daring. / dok. BPJS Kesehatan Cabang Semarang.
Pelayanan di Kantor BPJS Kesehatan Cabang Semarang, di masa pandemi dilakukan secara terbatas, karena layanan kepada peserta JKN KIS dilakukan secara daring. / dok. BPJS Kesehatan Cabang Semarang.

Setiap bulan sekali, Buntris Amperawan (52), rutin melakukan kontrol dokter. Sejak 2018, perempuan kelahiran Tuban, 15 Juli 1969 itu, menjadi peserta Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) BPJS Kesehatan.


Prolanis adalah pelayanan kesehatan dengan pendekatan proaktif yang dilaksanakan melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan peserta penderita penyakit kronis, yakni Diabetes Mellitus (DM) dan hipertensi (HT), untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.  

Sebagai peserta yang menderita hipertensi, Buntris mengaku, mendapat banyak manfaat dan keuntungan dari program tersebut.  Dia dapat berkonsultasi tentang kesehatan secara teratur. 

"Saya juga rutin menerima informasi valid soal kesehatan saya. Ada penyuluhan dan pengetahuan, agar saya dapat menjaga kondisi kesehatan dengan baik," ungkap ibu dua anak dan nenek seorang cucu ini, kepada RMOL Jateng, Jumat (27/8). 

Manfaat lain, Buntris juga mendapatkan pengingat melalui SMS gateaway dari BPJS Kesehatan, jika sudah waktunya memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.  

"Jadi, saya yang mudah lupa ini, bisa ingat kapan waktunya kontrol," imbuhnya, yang juga mendapatkan fasilitas home visit dari tenaga medis.  

Kepala BPJS Kesehatan Cabang Semarang I Gusti Ayu Mirah Sutrisni mengatakan,saat ini, jumlah peserta Prolanis yang terdaftar di BPJS Kesehatan Cabang Semarang 29.182 orang.  Mereka tergabung di 791 klub, terbagi dalam 406 klub DM dan 385 klub HT.

Peserta Prolanis yang sudah terdaftar, kata Mirah, akan menjalani pemeriksaan kesehatan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP). Pemeriksaan tersebut mencakup gula darah puasa (GDP), gula darah 2 jam setelah makan (GDPP), tekanan darah, indeks massa tubuh (IMT), dan HbA1c (Hemoglobin A1c).  

"Pemeriksaan HbA1c adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis dan mengontrol kondisi diabetes," ujar Mirah.  

Mirah mengatakan, Prolanis bertujuan agar kualitas kesehatan penderita DM dan hipertensi dapat dapat dikelola dengan baik. Karena jika tidak dikelola, sangat memungkinkan penyakit-penyakit ini menjadi trigger bagi penyakit yang lebih serius.  

Upaya ini tentunya tak lepas dari promotif preventif fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) khususnya dalam hal optimalisasi pemeriksaan penunjang Prolanis oleh laboratorium kerjasama BPJS Kesehatan. 

Kualitas Hidup Lebih Baik 

Selain itu, kata Mirah, Prolanis mampu meningkatkan peran aktif FKTP dalam memberikan pelayanan, meningkatkan peran aktif forum komunikasi antara dokter spesialis dengan FKTP dalam penyusunan plan of care, hingga mampu meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kesadaran peserta Prolanis. 

"Sebab, tujuan program ini adalah untuk mendorong peserta BPJS Kesehatan yang mengidap penyakit kronis agar memiliki kualitas hidup yang lebih baik," imbuhnya. 

Kualitas hidup ini bisa dilihat dari hasil pemeriksaan di FKTP. Dengan adanya Prolanis, diharapkan setidaknya 75% pengidap penyakit kronis terutama DM tipe 2 dan hipertensi yang sudah diperiksa, memiliki kondisi kesehatan yang baik. 

"Dengan kondisi kesehatan yang terjaga, maka risiko terjadinya komplikasi pun bisa menurun," paparnya. 

Untuk menjadi peserta Prolanis,  calon peserta harus mengisi formulir data dari BPJS Kesehatan. Jika dianggap memenuhi persyaratan, maka petugas akan melakukan tindak lanjut. 

Peserta Prolanis yang berhalangan hadir ke fasilitas kesehatan, kata Mirah, bisa mendapatkan fasilitas home visit dari petugas medis. Fasilitas ini juga akan diberikan pada peserta yang baru bergabung, tidak menjalani pemeriksaan kesehatan selama 3 bulan berturut-turut, memiliki nilai GDP dan GDPP di bawah standar selama 3 bulan berturut-turut, tidak menjalani pemantauan tekanan darah selama 3 bulan berturut-turut, serta baru selesai menjalani rawat inap. 

Buntris menjadi peserta BPJS sejak masih bernama Askes, karena  sang suami bekerja sebagai seorang aparatur sipil negara (ASN).

"Selain Prolanis, banyak manfaat yang saya rasakan selama menjadi peserta BPJS Kesehatan. Banyak program BPJS yang sifatnya promotif dan preventif, salah satunya  Prolanis yang saya ikuti,"  ungkapnya. 

Manfaat dan keuntungannya, kata dia, sangat luar biasa, terutama Prolanis.

"Selalu ada edukasi dari dokter keluarga sehingga mendapatkan banyak pengetahuan tentang kesehatan, yang selama ini belum pernah saya peroleh dari asuransi kesehatan swasta manapun," tegasnya. 

"Untuk peserta Prolanis DM,  setiap bulan mendapatkan pemeriksaan darah sehingga kita tahu kadar gula kita berapa, dan setiap 6 bulan sekali peserta, baik DM maupun hipertensi, mendapatkan pemeriksaan lengkap, sehingga kita tahu sejauh mana kondisi kesehatan kita saat ini," imbuhnya. 

Dia, yang juga menjadi peserta asuransi kesehatan swasta, menyatakan, banyaknya perbedaan asuransi swasta dengan BPJS Kesehatan.   Di BPJS Kesehatan memiliki program promotif preventif, contohnya Prolanis. Peserta  mendapatkan obat dan pemeriksaan laboratorium.  

"Jika sakit sampai opname semua ditanggung oleh BPJS kesehatan selama sesuai dengan kelas, rawat jalan juga ditanggung oleh faskes, dan masih banyak lagi, dan yang terpenting iuran sangat terjangkau," jelasnya. 

Sedangkan asuransi swasta, selain mahal, jika sakit namun tidak sampai opname tidak bakalan ditanggung, dan tidak ada dokter keluarga.   "Kalau reimburse juga lama sekali. Sehingga mulai bulan Mei 2021 lalu, semua asuransi yang saya ikuti, sejak anak saya masih SD sampai anak saya lulus jadi dokter, resmi saya tutup," tandasnya. 

Ditanya, apa saran dan masukan untuk BPJS Kesehatan, Buntris menjawab, "Belum ada, karena selama ini yang diberikan oleh BPJS kesehatan sudah lebih dari cukup, bisa dikatakan pelayanan BPJS kesehatan melebihi harapan peserta."

Bagi Buntris, Prolanis BPJS Kesehatan akan selalu dalam ingatan, selalu teringat manis.