PKL Liar di Kota Lama Dibongkar Satpol PP

Satpol PP Kota Semarang melakukan penertiban kepada pedagang kaki lima (PKL) liar yang menjual barang bekas di Jalam Sendowo (Komplek Kota Lama). Saat melakukan penertiban, petugas terlibat adu mulut dengan para PKL yang hendak ditertibkan.


Setibanya di lokasi, petugas langsung membongkar lapak dan menyita partisi seperti meja, kursi, tenda dan barang dagangan. Sekitar 40 pedagang ditertibkan dalam giat kali ini.

 

Penertiban yang dipimpin langsung okeh Kasatpol PP Kota Semarang, Fajar Purwoto, sempat terkendala karena beberapa pedagang justru menantang petugas. Namun situasi bisa dikendalikan kembali dan petugas Satpol PP memberikan waktu selama 30 menit untuk membereskan barang dagangan mereka.

Penertiban ini, kata Fajar, dilakukan agar kawasan Kota Lama tidak lagi terlihat kumuh dan wisatawan yang datang juga merasa lebih nyaman.

 

“Ini kan daerah larangan dagang. Saya dapat perintah dari Walikota Semarang untuk dicek. Setelah saya cek ternyata memang jumlah pedagang yang menjamur luar biasa. Saya tadi langsung mberitahu ketua pedagang, bahwa ini kawasan wisata,” kata Fajar, Senin (11/10).

 

Dengan adanya penegasan kawasan wisata ini kata dia, seseorang tak bisa sesuka hati berdagang di kawasan itu

 

“Untuk mencegah menjamur nya pedagang, dua hari sekali kami akan patroli di wilayah ini,” jelasnya.

Fajar menyampaikan bahwa beberapa tahun silam pihaknya juga telah menertibkan penertiban pedagang di kawasan tersebut dan memindahkannya ketempat lain, namun justru kembali lagi kelokasi ini.

 

“Sudah pernah saya tertibkan dan malah mbalik lagi. Ini parah sekali. Kami engga mau kawasan wisata jadi kumuh,” ungkapnya.

 

Sementara itu seorang pedagang botol bekas, Maya (50) mengaku sebenarnya mengetahui bahwa kawasan itu larangan berdagang. Namun kawasan itu menjadi lahan yang tepat agar dagangannya laku terjual.

 

“Ya tahu kalau sini daerah larangan dagang. Dulu pernah dipindah ke Genuk tapi ternyata tempat itu sudah ada yang memiliki akhirnya kembali lagi ke sini,” kata Maya.

 

Dengan kondisi itu, kata dia, ia dan beberapa pedagang lain kembali ke tempat itu demi menyambung hidup. 

 

“Kalau emang engga boleh jualan disini, ya berilah kami tempat yang layak,” harapnya.