Kepala OJK Regional Jawa Tengah dan DIY, Aman Santosa menyampaikan, seiring dengan pemulihan ekonomi Jawa Tengah pada Triwulan III 2022, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tercatat mencapai 5,28%.
- OJK Jateng dan DIY Jadikan Desa sebagai Pusat Informasi Keuangan
- Ini Cara OJK Cegah Pinjol Ilegal, Libatkan Kades dan Lurah Jadi Agen Literasi Keuangan
- Rayakan HUT ke-11, OJK Kantor Regional 3 Luncurkan Program Literasi dan Inklusi Keuangan
Baca Juga
Pertumbuhan ekonomi DIY tercatat sebesar 5,82%, dan kondisi Industri Jasa Keuangan di Jawa Tengah dan DIY sampai dengan posisi September 2022 juga dalam kondisi stabil dan tumbuh positif.
“Aset perbankan Jawa Tengah tumbuh 8,94% (yoy), diatas nasional yang tumbuh 7,75% (yoy). Disisi lain, pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) perbankan di Jawa Tengah tumbuh sebesar 9,64% (yoy) dan 5,35% (yoy), sedikit di bawah pertumbuhan kredit dan DPK perbankan nasional sebesar 11,00% (yoy) dan 6,82% (yoy). Sementara itu, aset, kredit dan DPK perbankan DIY masing-masing tumbuh 6,70% (yoy), 6,26% (yoy) dan 6,02% (yoy)," kata Aman, dalam siaran pers, Selasa (29/11).
Belum lama ini, OJK Kantor Regional 3 Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) beserta Kantor OJK dibawah koordinasinya menggelar acara Focus Group Discussion dengan wartawan media cetak dan elektronik se-Jawa Tengah dan DIY dalam rangka memperkuat sinergi dan keterbukaan di bidang stabilitas sistem keuangan dan peningkatan lietarasi dan inklusi daerah. Acara yang dihadiri oleh kurang lebih 50 (lima puluh) wartawan Jawa Tengah dan DIY.
Aman menjelaskan, pertumbuhan ini seiring dengan penyaluran KUR di Jawa Tengah yang tertinggi secara Nasional sebesar Rp42,95 triliun atau 18,14% dari total seluruh penyaluran KUR nasional.
Sementara itu, Kepala OJK Daerah Istimewa Yogyakarta, Parjiman menambahkan, porsi penyaluran kredit UMKM di Jawa Tengah dan DIY telah mencapai 49,37% (yoy) dan 49,04%, di atas porsi penyaluran kredit nasional sebesar 21,53% (yoy) dan telah memenuhi arahan Presiden agar porsi kredit UMKM perbankan sebesar 30% di Tahun 2024. NPL net perbankan Jawa Tengah juga masih terjaga pada angka 0,93% karena pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN).
Kepala OJK Tegal, Noviyanto Utomo menuturkan, NPL Perbankan sedikit meningkat karena salah satunya memang terdapat kredit restrukturisasi terdapak Covid-19.
Di bidang pasar modal posisi September 2022, jumlah investor di Jawa Tengah meningkat sebesar 49,58% (yoy) menjadi 492.136 Single Investor Identification (SID) dengan nilai transaksi mencapai Rp18.01 Triliun. Sementara, jumlah investor pasar modal di DIY meningkat 39,27% (yoy) mencapai 86.246 SID dengan nilai transaksi Rp3,76 Triliun.
Pengguna Fintech peer to peer landing legal juga berkembang cukup pesat di Jawa Tengah dan DIY. Nominal peminjam (borrower fintech) di Jawa Tengah tumbuh sebesar 67,66% (yoy) mencapai Rp32,77 triliun, dengan jumlah rekening 6,26 juta. Sementara borrower fintech DIY tumbuh 1.266,45% (yoy) mencapai Rp5,29 triliun dengan jumlah rekening 950 ribu.
Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan borrower fintech nasional yang tercatat sebesar 1.229,29%. Tidak kalah dengan Industri keuangan bank lainnya, Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Jawa Tengah merupakan yang terbanyak secara nasional yakni sebanyak 119 LKM dari total LKM Nasional yang sebanyak 238 LKM. Sementara di DIY terdapat 3 LKM," kata Aman.
Aset LKM di Jawa Tengah tercatat sebesar Rp603,82 miliar dengan share terhadap nasional mencapai 42,04%.
Selain menjaga stabilitas industri jasa keuangan, OJK juga berkomitmen meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Jawa Tengah dengan berbagai program edukasi.
Untuk meningkatkan jangkauan/ reach out edukasi secara lebih luas, OJK Kantor Regional 3 Jawa Tengah dan DIY menginisiasi “Program Desa dan Kelurahan Melek Keuangan”.
“Sebagai pilot project, OJK akan me-launching Desa sebagai Pusat Informasi Keuangan Terpadu pada bulan Desember nanti di Wonosobo," kata Aman.
“Edukasi kepada seluruh lurah di Yogjakarta juga telah dilaksanakan olek Kantor OJKJogja," tambah Parjiman.
Sedangkan di wilayah Solo, Kepala OJK Solo, Eko Yunianto menyampaikan bahwa edukasi secara masif juga telah dilaksanakan kepada Bintara Pembina Desa (Babinsa) se- Solo Raya. Nantinya edukasi juga akan dilaksanakan kepada Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) se-Solo Raya.
"Pelaksanaan edukasi secara masif bertujuan agar seluruh masyarakat Jawa Tengah dan DIY melek keuangan," sahut Aman Santosa.
Kepala OJK Purwokerto, Riwin Mirhadi menyampaikan, tingkat literasi keuangan yang merupakan indeks level pengetahuan masyarakat terhadap jenis produk keuangan di Jawa Tengah tercatat sudah meningkat dari 47,38% pada tahun 2019 menjadi sebesar 51,69% pada tahun 2021, sudah lebih tinggi dibandingkan Indeks literasi Nasional sebesar 49,68%.
- OJK Ajak Santri Tingkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah
- OJK Jateng dan DIY Jadikan Desa sebagai Pusat Informasi Keuangan
- Ini Cara OJK Cegah Pinjol Ilegal, Libatkan Kades dan Lurah Jadi Agen Literasi Keuangan