- Pemutakhiran Kasus Pembacokan Karaoke Di Sunan Kuning: Pelaku Pembacokan Menyerahkan Diri
- Pemutakhiran Pembacokan Di Karaoke Sunan Kuning: Polisi Menemukan Sebilah Golok Di Mobil Pelaku
- Mabuk Miras, Pengunjung Karaoke Sunan Kuning Bacok Operator Tempat Karaoke
Baca Juga
Kendati sudah tidak seperti dulu, namun stigma negatif terhadap pemukiman di Kalibanteng Kulon, Kota Semarang ini, masih saja sulit dihilangkan.
Padahal, meski dalam beberapa tahun ini, kawasan ini sudah coba bermetamorfosis dari tempat yang dikenal sebagai lokalisasi menjadi tempat hiburan yang hanya menawarkan tempat untuk bernyanyi (Karaoke) ataupun sekedar minum, tetap saja penilaian miring masih melekat.
Karena itu pula, peringatan Hari Ibu yang dirayakan setiap tanggal 22 Desember, dijadikan momentum untuk merubah anggapan miring kawasan yang kini bernama Argorejo itu.
Adalah Tri Anto, tokoh masyarakat yang juga calon anggota legislatif (caleg) dari Partai Demokrat yang terus berjuang menginisiasi menghapus stigma buruk daerah ini.
"Usaha yang lagi trend dengan membuka tempat bernyanyi bermunculan bak jamur di komplek Argorejo menjadi daya tarik baru untuk mencari hiburan malam," kata Tri yang didapuk menjadi Ketua Paguyuban Karaoke Argorejo (PaKAR) kepada RMOLJateng, Sabtu, (23/12).
Namun demikian, ujar Tri, mereka yang membuka usaha ini wajib memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh Pemkot dan paguyuban dengan membuat peraturan, salah satunya melarang untuk berbuat asusila di ruang karaoke.
"Kami berusaha menghapus stigma negatif itu dengan membentengi rambu-rambu bagi mereka yang ingin buka hiburan di sini dengan peraturan" kata Tri lagi.
Diakui Tri, upaya ini dilakukan untuk mengubah stigma negatif kawasan Argorejo dengan berbagai kegiatan yang positif salah satunya adalah menggelar bakti sosial dalam rangka menyambut hari ibu.
Theresa Dede, salah satu warga Argorejo menyatakan stigma negatif oleh masyarakat bagi penghuni komplek Argorejo, menjadi tugas berat seorang ibu yang tinggal di komplek Argorejo, namun demikian, para ibu menganggap bahwa stigma negatif itu tidak ada.
"Justru kita tertantang untuk membuktikan kepada masyarakat luar, bahwa stigma itu tidak ada, buktinya warga di sini sukses mendidik dan membimbing putra-putrinya menjadi orang yang berhasil, ada yang jadi dokter, jadi sarjana, kerja jadi PNS, " kata perempuan yang biasa dipanggil mama Dede.
Mama Dede meyakinkan image yang tidak bagus itu membuat warga Argorejo tertantang untuk membalikan stigma negatif menjadi positif.
Mama Dede menuturkan Image yang tidak bagus kita upayakan menjadi image yang bagus dan tugas untuk mengawasi dan mengontrol dan membimbing anak-anak di sini membuat ibu-ibu di sini memberikan perhatian ekstra kepada anak-anak terutama Sabtu dan Minggu.
"Oleh karena itu hari Sabtu dan Minggu, kami fokus untuk mengurus keluarga, family time biar bisa dekat dengan anak dan keluarga" kata mama Dede.
Dalam rangka hari ibu, ujar mama Dede, warga di lingkungan RW 4 Kalibanteng kulon Semarang Barat komplek Argorejo membagikan bingkisan kepada warga sekitar
- Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang Agustin-Iswar, Luncurkan Program Kerja 100 Hari
- Peringati Hari Ibu, Polsek Kemangkon Dan Bhayangkari Adakan Baksos Di Panti Asuhan
- Hari Ibu: Ruang Renegosiasi Identitas Perempuan Di Indonesia