Perempuan Kota Magelang Dapat Pendampingan Usaha Berupa Pinjaman Modal.

Wali Kota M Nur Aziz Menyerahkan Secara Simbolis Pinjaman Tanpa Agunan Kepada Perwakilan Perempuan Penerima Bantuan. Istimewa
Wali Kota M Nur Aziz Menyerahkan Secara Simbolis Pinjaman Tanpa Agunan Kepada Perwakilan Perempuan Penerima Bantuan. Istimewa

Sebanyak 230 orang perempuan Kota Magelang mendapat pendampingan usaha berupa pinjaman senilai Rp500.000 per orang tanpa agunan dan bunga.


Pendampingan untuk menyejahterakan keluarga melalui pemberdayaan perempuan itu merupakan program dari kolaborasi Pemerintah Kota (Pemkot) Magelang bersama Bank Jateng, PKK, Koperasi Bhakti Wanita, HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) Kota Magelang dan Universitas Tidar (Untidar).

Secara simbolis, dana pinjaman diserahkan oleh Wali Kota Magelang M Nur Aziz di Pendopo Pengabdian, rumah jabatan Wali Kota Magelang, pada Senin (13/05).

Tampak hadir ratusan mahasiswa Untidar sebagai pendamping.

"Selamat kepada ibu-ibu yang dapat kesempatan, juga mahasiswa sebagai pendamping. Ini sebuah rezeki. Sebanyak 230 orang yang semuanya wanita ini sudah terseleksi. Pesan saya, manfaatkan sebaik-baiknya," ungkap Aziz.

Aziz menyebutkan, dari 230 orang itu kemudian dibagi beberapa kelompok. Setiap kelompok berisi 10 orang. Pengembalian pinjaman memakai sistem tanggung renteng sehingga setiap kelompok harus kompak dan saling mendukung.

Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) HIPMI Kota Magelang, Raja Ghani Irsyadi Binar, menjelaskan, ada 102 mahasiswa Untidar yang akan bertugas sebagai koordinator dan pendamping penerima pinjaman.

"Mereka akan mendampingi para penerima pinjaman selama 6 bulan ke depan. Selain itu, mahasiswa akan memberikan edukasi, tentang bagaimana mengelola dana dan alokasi pendanaan," ujarnya.

Menurut dia, mahasiswa memiliki andil penting dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Saat ini sebagai mahasiswa dengan usia yang masih muda saatnya mencari Jeneng atau nama lebih dulu. Selanjutnya akan dapat Jenang sebagai bonus misalnya uang, jabatan, dan sebagainya.

Rektor Untidar, Sugiyarto menyebut, ada 2 kelompok yang dominan pada forum ini yakni kelompok ibu dan pemuda (mahasiswa). Interaksi keduanya menjadi harapan besar untuk memajukan ekonomi kerakyatan.

"Kita punya harapan besar, anak muda (mahasiswa) ini yang akan mendampingi ibu-ibu sekalian. Selain dapat arahan sesuai kemampuan selaku HIPMI, tapi juga ada proses belajar. Kita ikuti konsep Jawa ilmu kelakone nganti laku, mempraktekkan apa yang dilakukan. Teori dan praktek bisa matching, dari interaksi ini maka akan muncul ilmunya," jelasnya.