Pengamat Nilai Potensi Kecelakaan Nataru Seiring Lonjakan Mobilitas Masyarakat

Masyarakat diminta berhati-hati saat berkendaaran selama libur Natal dan Tahun Baru 2024. Dok
Masyarakat diminta berhati-hati saat berkendaaran selama libur Natal dan Tahun Baru 2024. Dok

Pengamat Transportasi asal Universitas Katolik Soegijapranata Djoko Setijawarno menilai potensi kecelakaan di masa Natal dan Tahun Baru dengan lonjakan mobilitas pemudik menjadi tantangan besar dan berat dalam pencegahan.


Berdasarkan survei online pergerakan masyarakat pada masa Natal 2023 dan Tahun Baru 2024. memprediksi 26,03 juta jiwa (24,19 persen) warga akan pergi mengunakan mobil pribadi dan 20,14 juta juta (18.71 persen) memakai sepeda motor. 

"Pergerakan jutaan kendaraan ini menantang dalam rekayasa lalu lintas agar lancar serta terutama memberi keselamatan dan keamanan masyarakat. Padahal, dengan berkendara pribadi, masyarakat bertanggung jawab dengan keselamatan dan keamanan sendiri dari aspek keandalan moda dan kompetensi," kata dia, Jumat (15/12). 

Dia melanjutkan, prinsip pengembangan wisata adalah 3A, yaitu accessibility (aksesibilitas), amenities (fasilitas) dan attraction (atraksi). Banyak kawasan wisata di Indonesia hanya mengandalkan A terakhir, yakni attraction tapi mengabaikan 2 A (accessibility dan attraction). 

"Kemudian, banyak juga kawasan wisata alam di Indonesia tidak bertahan lama," terang dia. 

Ada dua potensi tidak terpisahkan, kecelakaan karena wisata dan melewati pelintasan. Masyarakat juga perlu mempertimbangkan musim hujan sehingga intensitas naik sebagai faktor lain memicu peningkatan potensi kemacetan dan kecelakaan. Akses menuju lokasi wisata rentan terkena banjir, longsor, ambles, licin, berliku, menanjak, dan menurun menjadi lebih berbahaya.

"Bagi masyarakat yang ingin berwisata menggunakan bus wisata, untuk selalu cek statusnya di Sistem Perizinan Online Angkutan Darat dan Multimoda (SPIONAM) milik Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementeran Perhubungan," kata dia. 

Selain itu, kata dia, tempat istirahat bagi pengemudi bus wisata di lokasi wisata kurang mendapat perhatian para pengelola tempat wisata. Pengemudi bus wisata kerap beristirahat di dalam kabin bus atau di luar bus dengan menggelar alas tidur untuk menghilangkan kepenatan selama mengemudi bus.

"Pengelola tempat wisata hendaknya memberikan tempat istirahat yang nyaman," terang dia.

Di samping itu masih ada risiko kian bertambah jika melewati pelintasan sebidang antara jaan rel dengan jalan raya. Di sini, faktor-faktor pemicu kecelakaan itu ialah waktu (lama perjalanan), konstruksi jalan, kondisi cahaya cuaca, jumlah lajur jalan, permukaan jalan dan rel, jenis dan usia kendaraan, median, lebar, dan geometrik jalan, jumlah sepur serta keberadaan palang pintu.