Pengamat: Caleg Muda, Suksesor Pemilu 2024

Pemilih Pemula dalam gelaran Pemilu 2024 banyak tertarik untuk memilih caleg muda dengan alasan mereka merasa terwakili di dalam pemerintahan. Dicky Aditya/Dok.RMOLJateng
Pemilih Pemula dalam gelaran Pemilu 2024 banyak tertarik untuk memilih caleg muda dengan alasan mereka merasa terwakili di dalam pemerintahan. Dicky Aditya/Dok.RMOLJateng

Suksesi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 tak bisa lepas dari peran generasi milenial. Banyaknya calon legislatif di usia yang relatif muda, dinilai menjadi salah satu daya tarik tersendiri dalam tingkat partisipan pemilih.

Hal itu dikatakan, Pakar Politik Universitas Diponegoro Teguh Yuwono yang juga menyampaikan, peluang terpilih para caleg muda justru besar karena kecenderungan dominasi pemilih pemula menginginkan wajah-wajah baru dibandingkan caleg-caleg senior dengan reputasi malang melintang di legislatif.

Menurutnya, para caleg muda dilirik pemilih sebagai penyegaran parlemen agar diisi anak-anak muda yang siap membawa perubahan bagi kemajuan daerah. 

"Nah, faktor yang mempengaruhi ketertarikan generasi muda, pemilih terbanyak Pemilu 2024 ini pemilih pemula. Jadi, mereka memberikan pilihan juga atas dasar tertentu melihat semangat anak-anak muda di legislatif kira-kira bagus, etos kerjanya tinggi, dan mau berjuang, alasannya karena tiga itu. Sedangkan, partai memang telah menyiapkan kaderisasi serta regenerasi legislator agar ada warna baru di dalam parlemen. Itu juga keuntungan bagi partai untuk mendulang suara," ucap Teguh, Senin (19/2). 

Mengenai fenomena caleg muda, kata Teguh, sebenarnya mengiringi bermunculannya beberapa kepala daerah muda usia 30-40-an yang kini menempati jabatan Bupati atau Walikota, termasuk di Jawa Tengah. 

Sosok-sosok anak muda justru laris manis diduga karena masyarakat berharap kinerja mereka bagus dan benar-benar berjuang demi rakyat. 

Kemudian, berbagai partai politik juga merespon dengan kaderisasi besar-besaran di tubuh partai mempersiapkan masa depan dengan pilihan caleg muda berkualitas. 

Pemikiran sebagian masyarakat mengharapkan para caleg muda bisa memberikan warna baru bagi pemerintahan turut serta memajukan bangsa. 

"Terdapat dualisme pemikiran melihat fenomena caleg muda, satu bagi masyarakat dan untuk partai sendiri. Sama-sama menguntungkan, bagi partai kaderisasi dipersiapkan sebagai strategi memenangkan persaingan karena tingginya keinginan masyarakat ada kader muda yang terpilih. Sebaliknya, hal ini ternyata jadi pilihan masyarakat khususnya gen Z dan milenial, mereka sadar tipikal pemimpin yang diinginkan menentukannya juga berdasar pemahaman. Jawabannya, saling membutuhkan dan diperkirakan akan terus berlanjut tahun-tahun mendatang," jelas Teguh. 

Karena itu, Teguh melanjutkan, termasuk dalam melakukan kampanye, para caleg muda yang maju Pemilu ini mengandalkan strategi mencari pendukung sebanyak-banyaknya gunakan media sosial. Mereka mempersiapkan dirinya supaya terkenal dan populer ke semua kalangan, tetapi target utamanya generasi muda. 

"Pola kampanyenya bisa dipelajari juga, mereka sejak 2022 ketika eranya Mas Gibran naik sebagai Wali Kota Solo kader-kader caleg juga bermunculan melakukan kampanye persiapan di media sosial. Terus lanjut terus 2023 tahun penentuan dibilang begitu, karena sudah tinggal setahun popularitas para caleg yang pendukungnya besar terlihat. Justru, awal 2024 mereka tinggal menerima jerih payahnya start kampanye dari 0 khusus di kalangan pendukung-pendukungnya saja, akhirnya tinggi suaranya Pemilu ini," terang dia.