Penanganan Stunting di RW I Butuh Kutowinangun Lor Jadi Percontohan di Salatiga

Ketua DPRD Salatiga Dance Ishak Palit (tengah) saat melakukan cek kesehatan di tengah menghadiri kegiatan PKK RW 01 Kelurahan Kutowinangun Lor, Salatiga, Minggu (24/9).
Ketua DPRD Salatiga Dance Ishak Palit (tengah) saat melakukan cek kesehatan di tengah menghadiri kegiatan PKK RW 01 Kelurahan Kutowinangun Lor, Salatiga, Minggu (24/9).

Program terintegrasi pertama di Salatiga dicetuskan RW I Butuh, Kelurahan Kutowinangun Lor, Salatiga dalam penanganan stunting menjadi role model (percontohan) di Kota Salatiga.


Hal ini disampaikan Ketua DPRD Salatiga Dance Ishak Palit di tengah menghadiri secara langsung kegiatan

PKK RW 01 Butuh Innovasi Pencegahan Stunting secara Terintegrasi, di Kelurahan Kutowinangun Lor, Salatiga, Minggu (24/9).

Kegiatan ini juga dihadiri Putri sulung almarhum Tjahjo Kumolo, Rahajeng Widyaswari, sebagai bakal calon anggota legislatif (caleg) DPR RI dari PDIP, serta Sukaryo Teguh Santoso, Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi (ADPIN).

Selain itu, ada juga Kepala Dinas Kesehatan Kota dr. Prasit Al Hakim, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3A PPKB) Kota Yuni Ambarawa, serta Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dinpersip) Kota Salatiga Sri Sarwanti.

Diakui Dance, pihaknya hanya melakukan jemput bola mana kala ada ide uang dilontarkan PKK RW I Butuh, Kelurahan Kutowinangun Lor Salatiga terkait penanganan stunting.

"Ini murni program PKK RW 1 Butuh, Kelurahan Kutowinangun Lor, Salatiga. Kami sebagai pemangku wilayah dalam hal ini DPRD mencoba untuk memfasilitasi dan jemput bola atas kegiatan positif ini," ungkapnya.

Mulai ada DKK Salatiga, RSUD, Dinpersip dan DP3A berkolaborasi sehingga penanganan stunting itu tidak bisa lagi ditangani secara parsial, melainkan dilakukan secara terintegrasi.

"Baik itu berhubungan dengan gizi lingkungan, semua pola asuh anak terintegrasi. Lain halnya jika dilakukan sendiri-sendiri akan berbeda hasilnya," ucapnya.

Penanganan stunting di Salatiga,  kata Dance, perlu perhatian semua pihak. Ini juga yang coba ditunjukkan oleh masyarakat RW I Butuh, Kutowinangun Lor, Salatiga.

Melalui peran swadaya seperti inilah, yang sangat dibutuhkan untuk menekan angka stunting di Salatiga.

"Karena penanganan sekarang itu bukan hanya tugas Pemerintah saja, tapi program bersama Pemerintah dan masyarakat. Jangan lupa anak-anak kita sekarang ini merupakan 'bonus demografi' masa depan kita. Salah kita menangani sekarang maka kita tidak akan mendapatkan bodus demografi berikutnya,"  bebernya.

Bonus demografi adalah suatu kondisi dimana populasi masyarakat akan didominasi oleh individu-individu dengan usia produktif.

Dance berharap, angka stunting di Salatiga akan semakin turun dan tahun depan zero stunting.

"Sampai sekarang ini angka stunting  di Salatiga itu 5,2 persen dan di tahun 2024 bis nol atau zero stunting, harapan kita bersama," imbuhnya.

Sementara, Ketua RW I Butuh, Kelurahan Kutowinangun Lor Salatiga Mulyanto mengaku ide terintegrasi dalam penanganan stunting tercetus saat kelompok PKK melakukan diskusi bersama.

"Saat diskusi muncul ide dari PKK dan dijemput bola Ketua DPRD Salatiga guna penanganan stunting secara nasional. Kegiatan ini murni swadaya warga kami," terang Mulyanto.