Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
(Menrsitekdikti) Mohamad Nasir diingatkan untuk berhati-hati dalam
proses pemilihan Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM).
- Maju Pilkada Wonosobo, Paslon Gus Itab - Mas Sidqi Ogah Ada Kotak Kosong
- Antisipasi Unjuk Rasa, Bawaslu: Demak Masuk Kategori Rawan Sedang
Baca Juga
Apalagi salah satu kandidat diduga melakukan pembelian suara melalui dana Islamic Development Bank (IDB).
"Ini pertaruhan Nasir. Kredibilitasnya bisa jatuh jika salah menentukan sikap, terlebih karena ada dugaan pembelian suara," kata Direktur Center Centre for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi saat dihubungi wartawan, Senin (16/7) dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL
Menurut Uchok, Nasir harus belajar banyak dari kasus-kasus serupa yang sebelumnya terjadi. Jika Menristekdikti mengabaikan persoalan ini dan melanjutkan memilih rektor yang terindikasi curang, maka publik bisa menduga Menristekdikti turut ‘bermain’ di dalamnya.
"Itu berbahaya, makanya harus hati-hati. Langkah terbaik adalah melakukan verifikasi terhadap calon dimaksud dan mendiskualifikasi. Langkah kedua adalah verifikasi terhadap penyalahgunaan dana IDB itu sendiri," jelas Uchok.
Lebih lanjut, Uchok meniai sikap tanggap Nasir memang sangat diperlukan. Pasalnya, saat ini Kemenristekdikti memiliki kewenangan besar dalam proses pemilihan Rektor. Dengan memiliki 35 persen hak suara, praktis Kemenristekdikti bisa menentukan siapa rektor terpilih.
Dengan kewenangan tersebut, Menteri harus tanggap terhadap situasi yang terjadi. Jika salah memilih rektor akan fatal akibatnya.
"Bagaimana mungkin orang yang terindikasi pembelian suara bisa terpilih. Ini tidak hanya menyangkut integritas namun bisa merambah pada dugaan tindak pidana korupsi," jelas Uchok.
Proses pemilihan Rektor ULM memang memunculkan kontroversi. Pasalnya, satu di antara ketiga kandidat yang diusulkan kepada Kemenrsitekdikti, yaitu calon petahana Profesor Sutarto Hadi, diduga menggunakan dana IDB untuk menggalang suara.
Penggalangan suara diiduga dilakukan di sebuah hotel berbintang di Kota Banjarmasin, beberapa saat sebelum penyampaian visi dan misi. Dalam pemilihan tingkat Senat ULM, Sutarto Hadi yang diduga melakukan kecurangan tersebut memang memperoleh suara terbanyak yaitu 31 suara. Menyusul kemudian adalah Profesor Zairin Noor dengan 17 suara dan Profesor Hadin Muhjad dengan 9 suara.
Ketiga kandidat itulah yang diusulkan ke Kemenristekdikti untuk mendapatkan dukungan 35 persen suara. Namun hingga saat ini, Kemenristekdikti belum menjadwalkan puncak kandidat pemimpin kampus tertua di Kalimantan itu.
Awalnya, Panitia Pemilihan Rektor ULM dan Senat ULM menjadwalkan pada Jumat (20/7) akan digelar, namun Kemenristekdikti menunda tanpa batas waktu yang jelas.
"Alasan pihak Kemenristekdikti, berdasar konsultasi dengan Biro Sumber Daya Manusia (SDM) pada Rabu (11/7), masih dalam proses penelusuran rekam jejak terhadap tiga calon yang diusulkan ULM. Sampai hari ini, belum selesai penelusuruan itu," kata Ketua Panitia Pemilihan Rektor ULM, Rosihan Adhani kepada wartawan.
Atas dasar itu, menurut Rosihan, agenda gelaran pemilihan rektor pada Jumat (20/7) hampir bisa dipastikan batal. Apalagi, sampai kemarin, pihak Kemenristekdikti belum mengirim surat resmi soal agenda pemilihan Rektor ULM.
"Dengan kondisi ini, apalagi masa penelusuran rekam jejak para calon belum selesai, selalu ada saja kemungkinan calon rektor ULM didiskualifikasi. Jika memang itu berdasar temuan dari tim yang dibentuk Kemenristekdikti," kata Rosihan.
- Maju Pilkada Wonosobo, Paslon Gus Itab - Mas Sidqi Ogah Ada Kotak Kosong
- Antisipasi Unjuk Rasa, Bawaslu: Demak Masuk Kategori Rawan Sedang
- Sebagian Besar Korban Meninggal Akibat Tertimpa Bangunan