Pemerintah Malaysia mendapatkan kecaman massal dari warganya lantaran dinilai lambat menangani banjir.
- Laporan Oxfam: Covid-19 Membunuh yang Miskin dan Memperkaya yang Kaya
- Paus Frasiskus Diam-diam Kunjungi Toko Kaset di Roma
- Saksi Kasus Korupsi PM Israel Benjamin Netanyahu Tewas dalam Kecelakaan Pesawat Pribadi
Baca Juga
Malaysia diterjang banjir terburuk dalam beberapa tahun sejak pekan lalu, seperti dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL.
Hujan deras berhari-hari memicu luapan sungai yang membanjiri kota, membuat puluhan ribu orang dievakuasi.
Sementara sampah-sampah perabotan rumah tangga yang rusak menumpuk di jalanan, penduduk berusaha membersihkan rumah-rumah. Banyak di antaranya yang frustasi dengan pihak berwenang.
"Saya marah. Tidak ada bantuan dari pemerintah. Kami membutuhkan uang tunai untuk membangun kembali kehidupan," kata Asniyati Ismail yang tinggal di ibukota negara bagian Selangor, Shah Alam.
"Ada lumpur di mana-mana, semuanya telah hancur," tambahnya, seperti dikutip AFP.
Selangor adalah negara bagian yang paling parah dilanda banjir. Banyak orang di Shah Alam terdampar di rumah mereka tanpa makanan selama berhari-hari, sebelum dievakuasi dengan kapal dalam operasi penyelamatan yang kacau balau.
"Pemerintah sangat lamban dalam misi penyelamatan. Dan sekarang mereka lambat dalam operasi pembersihan. Bahkan setelah tujuh hari, sampah di lingkungan ini belum dibersihkan," kata warga Kartik Rao.
Sementara itu, Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob telah mengakui kelambanan pemerintahan dalam respon banjir, tetapi telah menjanjikan perbaikan di masa depan.
Malaysia dilanda banjir setiap tahun selama musim hujan, dari November hingga Februari, tetapi bulan ini adalah yang terburuk sejak 2014.
Banjir kali ini dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 48 orang dan lima orang hilang.
- Presiden Ukraina Dinobatkan Jadi Person of the Year Majalah Time
- "Kyoto Di Formosa" Menyambut Pameran Bunga Dunia
- Korsel Akan Kurangi Penjagaan Perbatasan