- Agar Sejarah Tidak Hilang, Pendopo Makam Raden Tubagus Diresmikan
- Event SNC 2025 Membludak, Wali Kota Agustin Antusias Ke Depan Untuk Tingkatkan Nilai Ekonominya
- Gas Deso, Sebutan Sedekah Bumi Di Blora
Baca Juga
Mojokerto - Berita kemunculan makam-makam baru di beberapa situs yang banyak beredar di media sosial mulai mendapatkan respon masyarakat. Makam baru tersebut diduga palsu dan dapat mengaburkan sejarah leluhur serta diduga dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi.
Pemerintah Desa bersama komunitas budayawan dan Pejuang Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI LS) Mojokerto, melaksanakan pembongkaran 13 makam palsu yang terletak di bagian barat kawasan Situs Kumitir, Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (14/01).
Athourrahman, Panglima PWI Laskar Sabilillah Kabupaten Mojokerto, menyatakan bahwa keberadaan makam keramat palsu tersebut didukung oleh cerita dan pengakuan masyarakat setempat.
Dijelaskan Athourrahman, bahwa sebelumnya hanya ada dua makam keramat yang diakui masyarakat Dusun Bendo, yaitu makam Mbah Sagu dan Mbah Gumiwang, yang secara turun temurun dianggap sebagai tokoh penting dalam sejarah Dusun Bendo.
“Terkait dengan sejarah, hanya dua makam yang asli di desa ini. Jadi yang lainnya itu makam palsu,” kata Athourrahman.
Diduga, Sholeh, yang berasal dari luar daerah, adalah orang yang membangun belasan makam palsu sekitar tahun 2018. Dari banyaknya makam yang dibangun, hanya dua yang bernama, yaitu Syech Mustofa Raden Cokrobuwono dan Nyai Dewi Gondo Sari.
Athourrahman menjelaskan bahwa Sholeh pernah diundang hadir pada pertemuan bersama warga, tokoh masyarakat, Pemerintah Desa Kumitir, camat, dan kepolisian untuk membahas keberadaan makam-makam tersebut.
Namun, Sholeh tidak dapat memberikan data yang valid dan terpercaya termasuk riwayat yang jelas mengenai sosok di balik makam yang dibangunnya.
“Alasan awal pembangunan makam itu dari mimpi dan juga dari beberapa kiai. Namun, dia katakan kiainya sudah meninggal ketika kami meminta dipertemukan dengan kiai yang dimaksud,” ungkap Athourrahman.
Alhasil, semua pihak sepakat untuk membongkar makam belasan makam di kawasan Situs Kumitir, Jatirejo, Mojokerto.
Dari total 15 makam yang ada, hanya dua yang tidak dibongkar, yaitu makam Mbah Sagu dan Mbah Gumiwang, yang berdasarkan kajian sejarah dan budaya diyakini memiliki benang merah atas keberadaan desa Kumitir, Jatirejo, Mojokerto.
Sebelumnya, pada Minggu (12/01) kasus serupa terjadi di Desa Guyung, Kecamatan Gerih, Ngawi. Lima makam palsu dibongkar oleh Pejuang Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI LS) Ngawi.
Lahan pribadi milik KH Khosim yang awalnya digunakan untuk mencetak batu merah menjadi lokasi makam palsu yang akhirnya dibongkar paksa.
AKBP Dwi Sumrahadi Rakhmanto, Kapolres Ngawi, membenarkan adanya pembongkaran tersebut. "Pembongkaran dilakukan dengan persetujuan perangkat desa dan pengamanan dari kepolisian," ungkapnya, Rabu (15/1).
Lebih lanjut, Budi Cahyono, Ketua PWI LS Ngawi, menjelaskan bahwa makam-makam tersebut dibangun pada tahun 2009 berdasarkan firasat KH Khosim melalui mimpi.
Sedangkan penamaan makam dibuat menyerupai ulama, seperti Syekh Maulana Muhammad Al-Misri dan Syekh Maulana Sahid Al-Multi. "Namun, pembuat makam telah mengakui secara lisan dan tertulis bahwa makam tersebut palsu dan tidak ada jenazah di dalamnya," ujarnya.

- Bupati Sukoharjo Canangkan Unit Kerja Zona Integritas Dan Desa Antikorupsi
- Renovasi Gedung Arofah, Dedy Yon: Ruang Silahturahmi Dan Perberdayaan Masyarakat
- Dokter Spesialis Jemput Bola Ke Desa, 268 Warga Rembang Terlayani Program Spelling