Pembangunan Ekonomi Kreatif: Kopi Arabika Merapi-Merbabu Didorong Perluas Pasar Di Platform Digital 

Produk Kopi Arabika Merapi-Merbabu Dipamerkan Pada Pembukaan Kegiatan Geographical Indication Goes To Marketplace Di Aula Dinas Pertanian Dan Pangan Kabupaten Magelang. Istimewa
Produk Kopi Arabika Merapi-Merbabu Dipamerkan Pada Pembukaan Kegiatan Geographical Indication Goes To Marketplace Di Aula Dinas Pertanian Dan Pangan Kabupaten Magelang. Istimewa

Kopi Arabika menjadi salah satu produk pertanian unggulan di Kabupaten Magelang. Tanaman kopi Arabika banyak dibudidayakan di lahan seluas 361 hektar.

Perkebunan penghasil kopi Arabika tersebar di beberapa wilayah seperti Kecamatan Grabag, Windusari, Pakis, Sawangan dan Ngablak.

"Hasil panen kopi Arabika pada tahun 2022 lalu mencapai 77 ton," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Magelang, Adi Waryanto, Rabu (24/04).

Kopi Arabika di kawasan Merapi Merbabu didorong untuk memasarkan produk lebih luas dengan memanfaatkan platform digital atau marketplace. 

Komoditas asli Kabupaten Magelang itu ditetapkan menjadi pilot project program Geographical Indication Goes to Marketplace.

Program ini dihelat oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM yang di tahun 2024 ini bekerja sama dengan Tokopedia untuk memperkuat pengembangan produk Indikasi Geografis (IG) Indonesia.

Adi Waryanto mengaku bangga karena Kabupaten Magelang sebagai lokasi pilot project untuk meningkatkan kapasitas dan peran pemilik IG dalam melakukan promosi dan komersialisasi produk IG melalui platform digital tersebut.

Ia yakin, program yang digelar di Aula Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelan dapat membantu pemasaran dari produk-produk kopi Arabika Merapi Merbabu yang merupakan khas Kabupaten Magelang.

"Ke depan dari hasil pelatihan dan pendampingan, bisa memberikan hasil yang luar biasa bagi peningkatan kesejahteraan petani dan pengusaha kopi di Kabupaten Magelang," katanya.

Kopi Magelang terkenal berkualitas tinggi dan memiliki citarasa yang khas bagi pencinta kopi. Ciri khas itu telah mendapatkan IG. Namun, petani sering kesulitan mengakses pasar. Terkadang terjebak pemasaran melalui perantara yang justru mengambil untung besar dan petani hanya untung kecil.

"Kami yakin, pelatihan seperti ini amat bermanfaat untuk meningkatkan pemasaran secara online melalui marketplace yang dapat memangkas rantai pemasaran sehingga keuntungan bagi petani kopi akan lebih besar. Pada akhirnya hal ini memiliki peran penting dalam peningkatan perekonomian lokal,” harapnya.

Ke depan, pihaknya akan mencoba mengusulkan produk-produk lain sesuai mekanisme dan prosedur yang ada. Baik itu produk pertanian, UMKM, atau kerajinan yang lain, dengan standar maupun kualitas yang sudah terukur.

Direktur Merek dan Indikasi Geografis, Kurniaman Telaumbanua, mengatakan, DJKI memilih Magelang sebagai lokasi pertama karena punya argumen. Yakni, kopi ini memiliki ciri khas yang patut didorong menjadi sejajar dan lebih baik kualitasnya dengan kopi yang sudah ternama.

Ia menyebut, sejak mulai diterapkannya sistem perlindungan IG di Indonesia pada 2007, telah terdaftar 129 produk IG Indonesia yang berasal dari hasil perkebunan, pertanian, peternakan, kelautan, perikanan, kerajinan, dan hasil industri.

“Dari sekian banyak produk IG yang telah terdaftar tersebut, pembinaan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam ranah pemanfaatan setelah IG terdaftar masih belum berjalan secara berkelanjutan dan sinergis, khususnya terkait promosi dan komersialisasi,” kata Kurniaman.

Karena itu, lanjut Kurniaman, kegiatan Geographical Indication Goes to Marketplace ini menjadi salah satu fokus DJKI guna mengangkat kapasitas dan peran pemilik IG dalam melakukan promosi dan komersialisasi dengan target akhir berupa pemasaran pada marketplace.

Kepala Divisi Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Tokopedia, Rahmia Hasniasari, mengemukakan, Tokopedia mendukung upaya memajukan UMKM di Indonesia tidak hanya terkait platform tetapi juga kapabilitasnya.

"Kerjasama dengan DJKI dan dinas ini dilakukan karena kami yakin tidak bisa memajukan UMKM sendiri. Jadi  harus kolaborasi, jadi bisa lebih bersinergi dan tertata," katanya.