Pekerja Pariwisata Kawasan Borobudur Dibekali Ilmu Melayani Wisatawan Spiritual

Pekerja Pariwisata di kawasan Borobudur tengah melakukan praktek tata cara melayani wisatawan spiritual di Vihara Mendut.
Pekerja Pariwisata di kawasan Borobudur tengah melakukan praktek tata cara melayani wisatawan spiritual di Vihara Mendut.

Candi Borobudur dan kawasan didorong menjadi destinasi wisata spiritual (spiritual tourism destination). Kebijakan itu ditempuh melalui program Familliarization Trip (Famtrip). Hingga akhir 2023, dikabarkan akan ada 10 kali Famtrip.


Ketua Serikat Pekerja Pariwisata Borobudur (SPWB), Wito Praseyo, menilai, Famtrip merupakan lapangan kerja baru yang layak dimanfaatkan masyarakat lokal.

"Bisa menjadi sumber mata pencaharian yang untuk meningkatkan perekonomian masyarakat," katanya, di sela memantau praktek Escort Pilgrimage (tata cara memandu wisatawan spiritual) di Candi Mendut, Selasa (26/09).

Praktek dilakukan setelah mereka telah digembleng oleh sejumlah narasumber  yang berkompeten di bidang pilgrimage (wisata spiritual bagi umat Buddha), sehari sebelumnya.

Pelatihan dan penguatan SDM Pariwisata Escort Pilgrimage di kawasan Borobudur digelar di Bale Mijil Candirejo, Borobudur, dibuka oleh Irfan Sudarto, dari Divisi Pengembangan Bisnis Pariwisata Badan Otorita Borobudur (BOB).

Kegiatan selama 2 hari diikuti sekitar 50 pekerja pariwisata, lanjut Wito, sebagai upaya meningkatkan kapasitas para pemandu wisata dalam melayani tamu (wisatawan spiritual). Peserta berasal dari Kota dan Kabupaten Magelang, juha ada yang dari Temanggung.

Wito mengingatkan, meski telah dibekali ilmu tentang tata cara melayani peziarah, namun tidak menjamin langsung dapat mempraktekkan. Karena butuh proses dan waktu.

"Harus rutin berlatih dan membiasakan diri agar mental menjadi kuat sehingga tidak grogi kerika melayani wisatawan yang dipandu," ujarnya.

Hal senada disampaikan Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olah Raga Kabupaten Magelang, Mulyono. Wisata religi umat Buddha harus bisa ditangkap sebagai peluang untuk menghadirkan kesejahteraan masyarakat.

Termasuk mendorong aset seni budaya agar tetap eksis dan berkembang. Agar menjadi potensi wisata yang mampu meningkatkan ekonomi masyarakat. "Yakni, dengan membangun pariwisata yang tangguh," ajaknya.

Wahyu Utomo, Sekretaris Umum Vihara Mendut, mengemukakan, Famtrip hanya dibuka 2 jam per hari (jam 07.00 - 09.00 wib) untuk 300 wisatawan.

"Paling banyak wisatawan spiritual ini datang dari Jepang, China dan Taiwan. Serta beberapa negara di Asia Tenggara," ujar pria yang juga pengelola "Mahkota Borobudur" sebagai lembaga pelayanan wisata spiritual umat Buddha.

Selama di bangunan Candi Borobudur, wisatawan melakukan sejumlah ritual. Yakni, sikkhayatra, pradaksina, puja dan meditasi.

Wakyu menyebut sejumlah perlengkapan yang "wajib" dikenakan para wisatawan tadi. Yaitu, upanath (sendal khusus), sarung, shal, name tag dan bunga.

Narasumber lain, Retno Hardjanti dari Sekolah Budaya Mitramaya Magelang, yang mengajarkan teknik komunikasi. Serta Hantara, dosen di Universitas Muhammadiyah Magelang.