- Pelajar Ditantang Ikut Lomba Film Pendek Kupas Sejarah Situs Purbakala di Kudus
- Pertahankan Warisan Sunan Muria, Warga Kudus Gelar Festival Seribu Kupat
- Nahdlatul Ulama Tunggu Hilal Untuk Tetapkan 1 Ramadhan
Baca Juga
Kawasan Pecinan Semarang menyimpan segudang kisah tradisi dan budaya tempo dulu masih lestari sampai sekarang. Salah satunya, kisah kesibukan di Pasar Gang Baru, khususnya setiap menjelang tahun baru Imlek.
Terkait kehadiran pertama kali pasar ini tidak diperoleh kejelasan. Namun, diperkirakan berkisar abad ke-18 atau mulai terbentuknya kawasan permukiman orang-orang Cina di tempat ini.
Pasar Gang Baru melintang di sepanjang Gang Baru, dengan ujung Utara bertemu dengan Gang Warung, dan ujung selatan bertemu dengan jalan Wotgandul Timur.
Di pasar ini berbagai macam belanjaan terbilang lengkap, bahkan diakui berkualitas bagus.
Mulai sayur-sayuran, buah-buahan, daging, jajanan atau kur-kie khas Tionghoa, dan lainnya.
Pasar ini menjadi lokasi pembauran warga Tionghoa dengan pribumi Jawa. Pedagang bercampur antara orang Jawa dengan warga Tionghoa. Sedangkan pembeli, umumnya warga Tionghoa warga kawasan Pecinan.
Menjelang tahun baru Imlek, pasar ini menjadi penting. Menjadi pusat belanja warga Tionghoa. Macam barang yang diperdagangkan pun bertambah, mulai bermunculan kue keranjang, hio swa, dan pernak pernik Imlek seperti lampu-lampu hias, lampion dan lainnya.
Untuk memenuhi berbagai kebutuhan merayakan tahun baru Imlek, maka warga Tionghoa menjadikan pasar Gang Baru sebagai tujuan utama.
Pemerhati budaya Tionghoa Semarang, Jongkie Tio mengungkapkan, pada zaman dahulu, menjelang sincia, yaitu bulan 12 tanggal 29 malam, atau satu malam sebelum tahun baru Imlek, pasar ini buka sampai malam.
Pedagang melayani warga akan berbelanja kebutuhan tahun baru Imlek, baik memasak makanan maupun sembahyangan.
"Pada sincia, keluarga Tionghoa berkumpul, seperti kalau warga Muslim merayakan Idul Fitri. Maka warga Tionghoa yang merayakan sincia memasak, membeli sayur-sayuran, buah-buahan, untuk hidangan makan bersama kerabat, juga banyak yang mencari kebutuhan sembahyang. Maka pasar pada tanggal 29 itu buka sampai malam, disebut pasar jie kauw meh (29 malam)," tutur Jongkie Tio, di Kota Semarang, Minggu (22/1).
Bahkan karena ramainya Pasar Gang Baru buka sampai malam pada jie kauw meh itu, banyak muda mudi ikut bersama orangtuanya berbelanja, menjadi ajang kesempatan kaum muda-mudi untuk mencari jodoh pada tanggal 29 malam tersebut.
Sampai sekarang, tradisi mrema menjelang sincia di pasar tradisional Gang Baru masih tetap lestari.
Pedagang di Pasar Gang Baru pun bersiap menyambut datangnya sincia dengan menyajikan berbagai kebutuhan musiman bagi konsumen. Kue keranjang, roti, cokelat, manisan, lampion, daging, dan lainnya.
- Perkokoh Silaturahmi, Semen Gresik 'Nyawiji' dan Berbagi dengan Sedulur Sikep Samin
- Tahun 2025: Dua Ratus Tahun Dimulainya Perang Diponegoro
- Pentas Drama Mbah Modin, Cara Seniman Teater Kudus Serukan Pemilu Damai