Hanya bermodal belajar otodidak, Dwi Pamularsih (45), warga Desa Tenggulangharjo, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, mampu merangkai limbah plastik menjadi berbagai kerajinan.
- MBG Wonogiri Tetap Berjalan dalam Suasana Puasa Ramadan
- Unisri Surakarta Siapkan Beasiswa Bagi Influencer dengan Follower Diatas 5 Ribu
- Kementerian Pendidikan Sains Dan Teknologi Diguncang Oleh Demo ASN
Baca Juga
Ia bisa merangkai bekas bungkus minuman instan menjadi berbagai bentuk tas hingga berbagai kerajinan lain.
"Saya kan sering lihat kalau ada pameran, terus saya perhatikan. Penasaran, saya pun coba-coba di rumah dan sedikit demi sedikit bisa," kata guru Taman Kanak-kanak itu saat ditemui di rumahnya, Sabtu (21/8).
Ia mulai bereksperimen dengan limbah plastik pada tiga tahun lalu dan mulai dibeli teman-teman dekatnya.
Dwi menyebut bahwa lama pengerjaan tas plastik tergantung ukuran dan kerumitan bentuk.
Untuk ukuran besar, ia bisa membuat dalam jangka dua minggu , itu juga diselingi mengerjakan kerajinan lain.
Pada masa pandemi COVID-19, ia mengakui penjualan menurun.
"Sebelum pandemi dalam sebulan saya bisa menjual 5 sampai 10 kerajinan tas tetapi masa pandemi ini sepi sebulan hanya 3 saja yang pesan," jelasnya.
Dwi menuturkan kerajinan limbah plastik itu hanya untuk sambilan saja karena hanya dikerjakan di sela-sela waktu luangnya.
Harga kerajinan tas bungkus minuman sachet dijual dengan harga Rp500.000,00 sedangkan karena kecil dijual sekitar Rp250.000.
"Penjualan kerajinan tas paling jauh di Kota Solo, karena waktu itu teman saya SMA minat dengan kerajinan yang saya buat,” jelasnya.
Pembuatan satu kerajinan tas bungkus minumas sachet minimal memerlukan sampah 50 bungkus minuman sachet.
Selain plastik, ia juga bisa membuat kerajinan dari kain sisa perca. Ia bisa membuat kain perca menjadi rompi hingga pengesat kaki.
- BEM FTIK Gelar LDK Bertema ‘Kompas’
- Terdampak Pembangunan Tol, Tahun Ini SMPN 16 Bakal Direlokasi
- Undip Kembangkan Mapping Data Dan Potensi Alumni