Meski Pandemi, Allianz Indonesia Pertahankan Kinerja Dana Investasi Positif di 2021

Naik-turunnya angka penyebaran kasus Covid-19 masih terjadi di seluruh dunia. Bahkan setelah program vaksinasi di berbagai negara dimulai, dunia masih dikejutkan dengan mutasi baru dari Covid-19, yaitu varian Alpha dan Beta di awal tahun, Delta di pertengahan tahun, hingga varian Omicron yang terdeteksi pada akhir tahun 2021.


Dengan pengendalian aktivitas masyarakat yang tepat, dalam kurun waktu 2 – 3 bulan angka penyebaran varian Delta secara global berhasil melandai. 

Di tengah penyebaran kasus varian Delta, perekonomian Indonesia tetap tumbuh positif 5,02%% pada kuartal-IV 2021. Hal ini menunjukkan momentum pemulihan di Indonesia tetap terjaga dan merupakan hal yang positif, dengan didukung oleh perbaikan konsumsi masyarakat dan investasi. 

Selain itu, pengendalian Covid-19 juga didukung dengan pelaksanaan vaksinasi yang terus berjalan dimana data dari website covid19.go.id per tanggal 29 Desember 2021, vaksinasi di Indonesia dosis pertama telah mencapai 78.95% dan dosis kedua telah mencapai 54.55%. 

Momentum pelaksanaan vaksinasi ini mengurangi satu dari dua problem pokok yang ditimbulkan pandemi Covid-19, yaitu kesehatan dan ekonomi.

Seiring dengan pelonggaran kebijakan pengetatan mobillitas di berbagai negara, aktivitas industri pun terdorong semakin pulih, terutama di negara-negara maju. 

Kecepatan pemulihan ekonomi belum dapat diimbangi dengan produksi seperti permintaan energi, sehingga mengakibatkan melambungnya harga energi dan membuat harga komoditas energi mengalami kenaikan luar biasa sepanjang tahun.

Seiring dengan pemulihan ekonomi, terlihat preferensi investor telah kembali kepada aset-aset yang lebih berisiko. Sedangkan untuk pasar obligasi pada 2021 indeks obligasi juga mencatatkan penutupan positif 5.91% sepanjang tahun 2021.

Dengan mulainya pemulihan yang terjadi di 2021, turut mendorong pasar modal baik global maupun Indonesia. 

Pada pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama 2021 berhasil mencetak rekor tertinggi atau All Time High pada 22 November 2021 di 6.754,46. Sepanjang tahun 2021 IHSG mencatatkan kinerja positif sebesar 10,08% secara year-to-date. 

Seiring dengan pemulihan ekonomi, terlihat preferensi investor telah kembali kepada aset-aset yang lebih berisiko. Sementara pada pasar obligasi yang mengalami cukup banyak volatilitas pada 2021, indeks obligasi masih mencatatkan penutupan positif 5.91% secara year-to-date. 

“Dengan memonitoring kondisi pasar, memperhatikan setiap aspek yang dapat mempengaruhi performa asset yang menjadi underlying fund-fund Allianz dan mengacu kepada mandat strategi masing-masing fund, Allianz Indonesia dapat mengoptimalkan kinerja dana investadi yang dikelola sepanjang tahun 2021," terang Ni Made Daryanti, Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia, Kamis (17/3/2022).

Menurut Ni Made, berdasarkan Laporan Keuangan Q4 2021, Allianz Life Indonesia mencatatkan Asset Under Management (AUM) sebesar Rp 44,2 triliun, yang bertumbuh sebesar 3,52% secara year-on-year. 

"AUM ini termasuk dana kelolaan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Allianz. Allianz Indonesia senantiasa menjaga kepercayaan nasabah untuk mengelola aset di 88 jenis fund dan dana yang dikelola terdiri dari investasi produk unit link sebesar 58%, asuransi jiwa dan kesehatan sebesar 22% dan DPLK sebesar 20%,” katanya.

Lebih lanjut Ni Made mengatakan, Allianz Life Indonesia juga meraih 10 penghargaan Unit Link Terbaik 2022 dari Majalah Investor dan Infovesta, untuk Smartwealth Equity IndoGlobal Fund kategori saham periode 5 dan 7 tahun,  SmartWealth Equity IndoAsia Fund kategori saham periode 10 tahun.

Kemudian SmartLink Rupiah Equity Fund kategori saham periode 10 tahun, AlliSya Rupiah Equity Fund kategori saham syariah periode 7 dan 10 tahun, Smartwealth Dollar Multi Asset Fund kategori campuran USD periode tahun 3, Smartlink Dollar Managed Fund kategori campuran USD periode 5 dan 7 tahun dan Allisya Rupiah Fixed Income Fund kategori pendapatan tetap Syariah periode 3 tahun. 

"Penghargaan ini diberikan untuk kinerja yang baik dengan hasil imbal balik optimal dan karakteristik risiko yang stabil," tambahnya.

Dikatakan Ni Made, meski pemulihan ekonomi global terus berlanjut, volatilitas dan ketidakpastian masih cukup tinggi. Berbagai risiko seperti penyebaran virus Covid-19 varian Omicron, percepatan pengurangan stimulus di Amerika, meningkatnya tekanan inflasi global dalam jangka pendek, tren kenaikan tingkat suku bunga, tekanan geopolitik serta perlambatan ekonomi Tiongkok masih perlu terus diperhatikan di tahun 2022.

Di 2022, Portofolio Manager terus memantau kondisi pasar dan menyesuaikan strategi investasi dengan kondisi pasar. 

"Untuk strategi investasi di saham, posisi kami Neutral – slightly overweight dengan pertimbangan, risiko geopolitik terhadap konflik Rusia dan Ukraina menyebabkan indeks bergerak cenderung fluktuatif. Kami tetap pada pandangan positif terhadap prospek pasar saham Indonesia di tahun ini," terangnya lagi.

Secara progresif laniutnya, Allianz telah meningkatkan eksposur pada sektor komoditas dan siklikal seiring dengan ekspektasi pemulihan ekonomi. 

"Pandangan kami, tren di masa mendatang untuk Indonesia akan berfokus kepada 2 sektor: “Green Economy” dan “Digital Economy”, ditandai dengan adanya prospek aliran dana asing terhadap proyek Baterai Kendaraan Listrik (Electric Vehicle/ EV Battery), yang akan menjadikan Indonesia sebagai produsen baterai terbesar di dunia dan memegang peran penting di rantai produksi EV. Kami melihat ekspektasi pemulihan ekonomi yang lebih baik setelah peningkatan aktivitas pada industri manufaktur, distribusi vaksinasi yang lebih tinggi dan juga potensi IPO perusahaan teknologi Indonesia yang akan datang di tahun 2022," terangnya.

Secara umum lanjutnya, preferensi Allianz melihat pada ekspektasi laba bersih dari perusahaan dengan pendekatan yang konservatif dan melihat berapa besar pertumbuhan dan ekspektasi nilai perusahaan di masa mendatang.

"Sedangkan untuk obligasi kami memiliki pandangan Slightly underweight – Neutral pada fund dengan mata uang Rupiah dan Underweight dengan mata uang USD. Pandangan kami netral namun cenderung lebih berhati-hati terhadap pasar obligasi Indonesia di tahun 2022. Kami melihat bahwa likuiditas perbankan masih terjaga, rencana penerbitan obligasi pemerintah masih stabil dan terjaga dengan harapan dukungan pembelian dari pelaku pasar lokal terutama perbankan dalam negeri," kata Ni Made.

Sisa anggaran lebih pemerintah (SAL) dan Surat Keputusan Bersama (SKB) III, antara MoF dan BI, diharapkan menjadi sumber pembiayaan yang akan mengurangi tekanan di pasar obligasi. 

"Kemungkinan penerimaan pajak yang lebih tinggi dengan implementasi UU HPP tahun depan juga memberikan ruang bagi pemerintah terkait dengan rencana total penerbitan obligasi pemerintah. Namun kemungkinan lebih tinggi magnitude dari kenaikan suku bunga the Fed dari prediksi sebelumnya, akan berdampak terhadap dinamika dan volatilitas di pasar obligasi Indonesia," ujarnya.

Tingkat inflasi di Indonesia juga diperkirakan naik seiring dengan ekspektasi membaiknya pertumbuhan ekonomi. Ketegangan politik Rusia dan Ukraina juga perlu dicermati, walaupun hingga saat ini dampaknya minimal terhadap pasar obligasi Indonesia.

"Dengan melihat kondisi ini, yang perlu dipertimbangkan oleh nasabah adalah melakukan tinjau ulang kembali mengenai tujuan, jangka waktu, serta toleransi risiko atas investasi yang sedang dilakukan. Nasabah diharapkan untuk tetap melakukan review secara berkala dan memastikan untuk memilih instrumen investasi sesuai dengan profil risiko," pungkasnya.