Banyaknya krisis yang melanda dunia saat ini telah memperkuat kekhawatiran akan risiko perang besar antar bangsa yang sangat mungkin terjadi di tengah gempuran pandemi dan ekonomi global yang kian lesu dari waktu ke waktu.
- Indonesia-AS Lakukan Dialog Strategis Perdana
- Menlu Retno Kantongi Tambahan Bantuan 30 Juta Dolar AS untuk Penanganan Covid-19
Baca Juga
Dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan jika dunia berada dalam tekanan krisis terus menerus, maka perang antar bangsa kemungkinan akan terjadi, bahkan telah terjadi antara Rusia dan Ukraina.
"Perang antar bangsa bukan lagi sebuah kemungkinan tetapi telah menjadi kenyataan. Krisis demi krisis sedang berlangsung di seluruh dunia termasuk perubahan iklim, kenaikan inflasi, kekurangan pangan dan energi," kata Retno dalam pidatonya di acara debat Sidang Umum ke-77 PBB di New York, Amerika Serikat (AS) pada Senin (26/9).
Merujuk pada sejarah, Retno menyebut fenomena dunia saat ini sangat mirip dengan kejadian di masa lalu, di mana negara berperang untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing.
"Sejarah mengajarkan kita bahwa fenomena ini dapat menyebabkan perang besar. Mari kita lihat periode menjelang Perang Dunia Kedua. Depresi Besar, kebangkitan ultra nasionalisme, persaingan atas sumber daya dan persaingan antara kekuatan besar," jelasnya.
Untuk itu, Menlu RI menghimbau agar seluruh negara tidak salah langkah dalam menghadapi berbagai tantangan saat ini. Ia menawarkan pandangan baru yang dapat menjadi solusi transformatif bagi dunia.
Jadi, hari ini saya ingin menawarkan dunia berdasarkan paradigma baru. Paradigma win-win bukan zero-sum. Paradigma keterlibatan bukan penahanan. Paradigma kolaborasi bukan kompetisi," lanjut Retno.
Retno menyoroti kerjasama antar negara untuk mengupayakan perdamaian dunia sebagai cara untuk menyelesaikan konflik antar negara. itu dapat ditempuh melalui peningkatan kepercayaan strategis, menjunjung tinggi kedaulatan dan mematuhi aturan internasional yang berlaku.
"Kurangnya rasa kepercayaan melahirkan kebencian dan ketakutan yang dapat menyebabkan konflik. Kita harus mengubahnya menjadi kepercayaan strategis. Dimulai dengan menjunjung tinggi penghormatan terhadap hukum internasional dan prinsip-prinsip dasar kedaulatan," pungkasnya.
- Indonesia Kecam Serangan Militer Rusia ke Ukraina
- Menteri Luar Negeri RI Retno Lobi Arab Saudi Soal Umrah
- Dunia Didorong Bantu Negara Berkembang Produksi Vaksin Covid-19